SARGA.CO—Setiap tahun, PORDASI melalui Komisi Pacuan menetapkan agenda Kejuaraan Nasional pacuan kuda dalam kalender pacu nasional. Kalender ini terbagi ke dalam dua seri utama, yaitu Kejuaraan Nasional Seri I dan Kejuaraan Nasional Seri II.
Masing-masing seri memiliki kelas unggulan yang menjadi daya tarik bagi pencinta pacuan kuda di Indonesia. Apa saja? Berikut uraian selengkapnya!
Menurut Peraturan Pacuan dan Petunjuk Pelaksanaan Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda yang diterbitkan PORDASI, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) merupakan salah satu dari lima klasifikasi pacuan resmi yang diatur organisasi.
Adapun lima klasifikasi tersebut mencakup Pacuan Tingkat Daerah, Pacuan Tingkat Nasional, Kejuaraan Nasional, Pacuan Klasik, serta Pacuan Handicap.
Berbeda dengan Pacuan Tingkat Daerah yang sepenuhnya diselenggarakan oleh Pengurus Provinsi (Pengprov) dan dapat melibatkan undangan antar-Pengprov, Kejuaraan Nasional berada langsung di bawah kendali Komisi Pacuan.
Apabila Kejuaraan Nasional digelar di suatu daerah, Komisi Pacuan akan membentuk Panitia Daerah untuk menyiapkan sarana dan prasarana.
Meski demikian, pelaksanaan teknis dan pengendalian jalannya lomba tetap menjadi wewenang Dewan Steward yang ditunjuk Komisi Pacuan PP. PORDASI.
Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda pertama kali digelar pada 1966, bertepatan dengan tahun berdirinya PORDASI. Sejak itu, ajang ini rutin diselenggarakan setiap tahun. Pada 2025, penyelenggaraan Kejuaraan Nasional tercatat memasuki edisi ke-59.
Sepanjang perjalanannya, penyelenggaraan Kejurnas mengalami berbagai penyesuaian dalam format pertandingan. Namun, pembagian kejuaraan ke dalam dua seri tetap konsisten dipertahankan sebagaimana konsep yang dicanangkan sejak penyelenggaraan pertama.
Dalam satu periode kalender pacu, PORDASI menyelenggarakan dua seri Kejuaraan Nasional. Pada ajang Kejurnas itu, setiap perwakilan provinsi memperebutkan sejumlah poin yang sudah ditentukan oleh Komisi Pacuan.
Penetapan jadwal penyelenggaraan kedua seri tersebut ditentukan melalui Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) yang rutin digelar pada awal tahun.
Kejurnas Seri I, berfokus pada pertandingan kelompok umur, mulai dari kuda berumur dua hingga empat tahun. Pada seri ini juga digelar dua kelas khusus bagi kuda Thoroughbred, yakni di Kelas 2 Tahun THB INA berjarak 1.400 meter dan Kelas 3 Tahun ke Atas THB INA dengan jarak 1.600 meter.
Sementara itu, Kejurnas Seri II lebih berfokus pada pertandingan berdasarkan kelompok ketinggian, mulai dari Kelas A hingga Kelas F. Dari kedua seri Kejurnas itu, setiap hasil pertandingan akan dikonversi menjadi poin yang kemudian diakumulasi.
Kontingen atau perwakilan provinsi dengan perolehan poin tertinggi dari Kejurnas Seri I dan Kejurnas Seri II berhak menyandang gelar juara umum, membawa pulang Piala Presiden.
Penyelenggaraan Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda di Indonesia umumnya terbagi ke dalam dua periode, yakni Seri I pada bulan Juli dan Seri II pada bulan yang diselenggarakan antara September hingga Oktober. Berikut detail penjelasannya.
Seri I yang digelar pada bulan Juli memiliki keterkaitan erat dengan faktor usia kuda. Sebab, pertandingan di seri ini mempertandingkan deretan kuda terbaik berdasarkan kelompok umurnya.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Danang Eko Yulianto, S.Pt., M.Si., selaku Sekretaris Komisi Pacuan PP. PORDASI. Ia menerangkan bahwa kuda pacu di Indonesia memasuki pergantian usia pada bulan Agustus.
Artinya, seluruh kuda yang akan bertanding berdasarkan kategori umur akan mengalami pergantian usia setiap 1 Agustus. Sebagai contoh, Danang menyinggung Kelas Derby yang mempertandingkan kuda berusia tiga tahun.
“Misalnya untuk kuda yang ikut Kelas Derby, ketika tanggal 31 Juli mereka masih belum genap berusia empat tahun. Memasuki bulan Agustus, kuda yang bertanding di Kelas Derby itu naik ke kelas empat tahun,” jelasnya.
Dengan kata lain, kuda yang tampil di Kelas Derby baru akan berusia empat tahun pada 1 Agustus. Sebab, pada tanggal tersebut usia mereka resmi bertambah, terlepas dari kapan tanggal lahir pastinya.
Pada momen pergantian usia tersebut pula, kuda-kuda di Kelas Derby itu naik kelas ke pertandingan untuk kelompok usia empat tahun.
Perlu diketahui, Kejuaraan Nasional Seri I biasanya berlangsung beriringan dengan puncak rangkaian Triple Crown, yakni Indonesia Derby.
Dalam kesempatan yang sama, Danang menjelaskan bahwa rangkaian Triple Crown sebenarnya merupakan event terpisah dari Kejurnas Seri I. Namun, puncaknya, yaitu IHR: Indonesia Derby menjadi bagian dari agenda Kejurnas Seri I.
“Seri ketiga (puncak) Triple Crown itu bersamaan dengan Indonesia Derby yang menjadi bagian dari rangkaian Kejurnas Seri I,” terang Danang.
Dengan demikian, Indonesia Derby tidak hanya menjadi puncak Triple Crown, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai sorotan utama dalam Kejurnas Seri I.
Setelah Kejurnas Seri I digelar pada bulan Juli, rangkaian berlanjut dengan Kejurnas Seri II yang idealnya berlangsung setiap bulan September. Namun, dalam praktiknya, Kejurnas Seri II dapat dilaksanakan antara September hingga Oktober.
Penyesuaian ini biasanya terkait dengan kesiapan lokasi dan faktor teknis lainnya. Misalnya, bila Kejurnas diselenggarakan di luar pulau, rentang waktu tersebut memberi kesempatan lebih bagi kuda-kuda dari luar daerah untuk mempersiapkan diri mengikuti pertandingan.
Pada Seri II, pertandingan difokuskan pada kelompok ketinggian. Kendati demikian, seri kedua ini juga mempertandingkan kelas tambahan yang dikelompokkan berdasarkan umur.
Adapun kelas yang menjadi sorotan pada Kejurnas Seri II adalah Kelas A Super Sprint dengan jarak 1.300 meter dan Kelas A Star of Stars dengan jarak 2.200 meter, sekaligus menjadi jarak terjauh dalam kejuaraan pacuan kuda nasional.
Dari penjelasan di atas, terlihat perbedaan antara Kejurnas Seri I dan Kejurnas Seri II.
Kejurnas Seri I menonjolkan pertarungan antar kuda pacu terbaik berbasis kelompok umur, dengan Kelas Derby sebagai panggung paling prestisius. Sementara itu, kelas berdasarkan kelompok ketinggian hanya menjadi pelengkap di seri ini.
Sebaliknya, Kejurnas Seri II menghadirkan dinamika berbeda dengan menitikberatkan pada kelompok ketinggian. Sedangkan kelas berdasarkan kelompok umur hanya sebagai pertandingan tambahan.
Perbedaan fokus inilah yang membuat keduanya sama-sama penting, namun tetap menghadirkan nuansa persaingan yang berbeda.
Kelas Derby di Kejurnas Seri I, serta Kelas Super Sprint dan Star of Stars di Kejurnas Seri II, menjadi tiga sorotan utama sepanjang musim kalender pacu nasional.
Setiap kuda yang berhasil meraih podium utama di salah satu dari ketiga kelas bergengsi tersebut akan diabadikan dalam “Hall of Fame” PORDASI.
“Sebuah kebanggaan tersendiri bagi kuda yang masuk di daftar kelas itu. Karena menjadi salah satu pencetak sejarah di pacuan kuda nasional,” jelas Danang.
Tak heran, kemenangan di kelas-kelas tersebut bukan hanya soal prestasi di lintasan, melainkan juga tentang prestise dan kehormatan.
Kejurnas dengan dua seri setiap tahunnya selalu menjadi ajang pembuktian bagi kuda pacu terbaik Tanah Air. Ajang ini sekaligus momen yang paling ditunggu pencinta olahraga berkuda.
Ikuti terus insight seputar pacuan kuda nasional melalui Instagram (@sarga.co), 𝕏 (@sarga_co), TikTok (@sarga.co), YouTube (Sarga.Co), Facebook (Sarga.co), dan website news.sarga.co.
Install SARGA.CO News
sarga.co