SARGA.CO—Debut di pacuan daerah sejak usia 13 tahun, Iqbal Rahmadias terus mengukir prestasi, utamanya di kelas kuda kecil. Kini, ia mengejar arena yang lebih besar dengan tekad untuk memenangkan Indonesia Derby. Simak perjalanan Iqbal, joki muda penuh talenta yang terus mengejar ambisi besarnya di lintasan pacu Tanah Air.
Perjalanan Iqbal di arena pacu tidak lepas dari kuatnya tradisi keluarga. Sejak kecil, ia tumbuh di lingkungan para joki, mulai dari paman hingga sang ayah yang cukup lama berkecimpung di dunia pacuan.
“Kalau orang tua, terutama bapak, sehari-harinya petani. Tapi sering ikut pacuan juga,” ujar Iqbal.
Dari lingkungan inilah insting sebagai joki pacuan kuda mulai terbentuk.
Keinginan Iqbal untuk menjadi joki pacuan kuda tumbuh jauh sebelum ia benar-benar turun ke lintasan. Sejak kelas lima SD, ia sudah belajar menunggang kuda pacu bersama sang ayah.
Berbekal perlengkapan sederhana dan latihan mandiri tanpa pelatih, Iqbal terus memupuk semangatnya menjadi joki pacuan. Di tengah latihan untuk meningkatkan kendalinya di atas pelana, Iqbal tetap meluangkan waktu untuk merawat kuda yang ia tunggangi.
Tak hanya berfokus mengurus kuda, ia juga rutin menyaksikan pacuan lokal. Kebiasaan itulah yang membuat keinginannya menjadi joki pacuan kuda semakin kuat.
Tekad bulat Iqbal itu sempat tidak didukung oleh sang ibu. Layaknya orang tua pada umumnya, sang ibu khawatir dengan risiko cedera yang sering dialami oleh para joki.
"Cuma saya aja yang ngotot jadi joki pacuan," ungkap joki kelahiran Tasikmalaya, 1 Oktober 2004 itu.
Kemauan keras Iqbal akhirnya membuahkan hasil ketika ia mulai terjun ke dunia pacuan kuda. Pada 2017, ia menjalani race pertamanya di tingkat daerah. Dua tahun kemudian, ia naik ke level nasional pada 2019. Sejak saat itu, langkahnya di arena pacu semakin mantap.
Tekad dan usaha Iqbal sebagai joki pacuan membawanya ke Van Doeloer Stable, tempat ia resmi bergabung pada 2020 hingga November 2025. Menurut Iqbal, pola latihan di stable sebenarnya tidak jauh berbeda dengan latihan mandiri yang dulu ia jalani. Perbedaannya, kini ia mendapat arahan langsung dari pelatih.
“Dulu pas masih belajar jadi joki sama bapak, nggak ada yang ngajarin. Semenjak ikut Van Doeloer Stable, jadi ada yang melatih,” ujarnya.
Saat mengenang kembali awal perjalanannya, Iqbal teringat masa ketika ia belajar menjadi joki secara otodidak. Ia banyak menyerap ilmu dari joki senior yang sering ia temui di sekitar arena.
Deretan pengalaman awal itulah yang kemudian menjadi pemantik semangatnya untuk semakin serius menapaki dunia pacuan.
Menjadi joki di Van Doeloer Stable membuat Iqbal semakin sering berinteraksi dengan kuda-kuda berpostur kecil, yang notabene berlaga di Kelas F ke bawah. Meski begitu, ia mampu mendominasi kelas tersebut dan mengumpulkan sejumlah prestasi di posisi tiga besar.
Prestasi ini terasa semakin impresif mengingat kuda kecil dikenal memiliki pola kendali yang lebih berat dibandingkan kuda berpostur besar. Iqbal pun mengakui bahwa memahami karakter kuda kecil jauh lebih menantang.
“Sepengalaman saya, kalau yang gampang diatur itu kuda besar. Sedangkan kuda lokal yang ukurannya kecil, wataknya keras. Kadang nggak mau nurut,” ujarnya.
Ia kemudian mengenang kembali momen pertamanya menunggangi kuda kecil ketika baru saja bergabung menjadi joki di Van Doeloer Stable.
Saat itu, Iqbal mengendalikan kuda yang bertanding di Kelas I berjarak 1.000 meter. Iqbal mengaku, dari kuda tersebut ia banyak belajar untuk bisa lebih memahami karakter kuda.
Iqbal masih mengingat betul betapa sulitnya mengendalikan kuda kecil di lintasan, terutama ketika kuda itu sering membelok dan tidak mengikuti arahan. Dari pengalaman itulah pemahaman dan tekniknya terus terasah hingga kini.
Membicarakan tantangan ketika mengendalikan kuda kecil di lintasan, Iqbal menegaskan bahwa memahami karakter setiap kuda adalah langkah penting. Hal ini agar joki bisa benar-benar menyatu dan berkoordinasi dengan tunggangannya.
"Kalau kudanya lagi rewel, kita ajak ngobrol. Pas latihan juga tetap diajak ngobrol," ujar Iqbal.
Ia kemudian mencontohkan karakter Mc Queen, salah satu kuda di Van Doeloer Stable yang dikenal sulit diatur saat latihan.
Menurutnya, Mc Queen cenderung malas dan tidak terlalu responsif ketika diajak berlatih. Namun, kondisi itu berubah total ketika memasuki arena pertandingan.
"Kalau kuda lain lebih mudah diatur saat latihan, beda ceritanya kalau Mc Queen. Dia malas ketika latihan. Tapi saat race, dia tahu kalau sedang bertanding," jelas Iqbal.
Perbedaan karakter ini membuatnya semakin sadar bahwa setiap kuda memiliki keunikan tersendiri yang harus dipahami untuk bisa tampil maksimal di lintasan pacu.
Selama delapan tahun menekuni dunia pacuan, Iqbal sudah mengikuti banyak kejuaraan. Namun, salah satu yang paling berkesan baginya adalah saat ia meraih medali emas pada Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur (Porprov Jatim) IX 2025 di Kelas H - 1.000 meter.
Momen itu terasa istimewa karena ia dipercaya mengendalikan Flamboyan, kuda yang menurutnya memiliki postur jauh lebih besar dibandingkan kuda-kuda yang biasa ia tunggangi.
"Naik Flamboyan seperti naik kuda besar. Makanya sangat berkesan bisa dipercaya untuk race bersama Flamboyan," ujar Iqbal antusias.
Sebagai tambahan, Flamboyan memiliki tinggi 154 sentimeter, lebih besar dari deretan kuda yang pernah ia kenali sebelumnya di Kelas G, H, I, dan J, yang rata-rata memiliki tinggi pada rentang 124,1 hingga 142 sentimeter.
Perbedaan ukuran itulah yang membuat pengalaman berlaga bersama Flamboyan terasa begitu spesial bagi Iqbal.
Namun, pencapaian itu bukanlah akhir, melainkan langkah yang membawanya semakin dekat dengan mimpi terbesar, yakni memenangkan Indonesia Derby. Seperti para joki lainnya di Indonesia, mengabadikan nama di daftar juara Indonesia Derby menjadi ambisi terbesarnya saat ini.
“Pengen menang di Indonesia Derby. Soalnya nanti nama saya bisa masuk sejarah di buku PORDASI. Kalau saya sudah tua, bisa dijadikan kenangan,” harapnya.
Menurutnya, memenangkan podium di Indonesia Derby adalah pencapaian yang tidak bisa diraih oleh semua joki. Perlu adanya usaha, kerja keras, dan konsistensi untuk bisa mencapai salah satu level tertinggi dalam dunia pacuan kuda.
Iqbal percaya bahwa setiap latihan, setiap race, dan setiap pengalaman mengendalikan berbagai karakter kuda adalah langkah kecil yang membawanya semakin dekat dengan mimpi itu.
Kini, ia memulai langkah baru dengan bergabung bersama Satria Anom Stable, melanjutkan mimpi dan usahanya untuk terus melaju di lintasan yang lebih tinggi.
Langkah ini sekaligus memperkaya pengalamannya sebagai joki pacuan, termasuk dalam memahami karakter setiap kuda yang akan ia kendalikan.
“Karena cita-cita saya memang menjadi joki profesional. Kalau pun misalnya saya tidak menjadi joki, saya tetap ingin berkecimpung di dunia berkuda,” tutupnya.
Perjalanan Iqbal mengukir prestasi di lintasan pacu masih panjang. Namun, tekadnya untuk terus berkembang sebagai joki menjadi bekal terbaik untuk mencapai puncak kariernya.
Tak hanya Iqbal, masih banyak potensi joki muda lainnya yang siap menghiasi lintasan pacu Tanah Air. Ikuti informasi terbarunya di Instagram (@sarga.co), 𝕏 (@sarga_co), TikTok (@sarga.co), YouTube (Sarga.Co), Facebook (Sarga.co), dan website news.sarga.co.
Install SARGA.CO News
sarga.co