SARGA.CO—Menyoroti eksistensi kuda kecil di lintasan pacu Tanah Air adalah salah satu impian besar Ilham Syukur, pemilik sejumlah kuda di Van Doeloer Stable. Pemberian nama unik seperti Mc Queen hingga Opera O menjadi langkah sederhana untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Simak inspirasi dan harapan sang owner di balik penamaan unik kuda-kuda di Van Doeloer Stable berikut ini.
Perjalanan Ilham sebagai owner kuda pacu tidak datang dalam waktu singkat. Sejak kecil, Ilham sudah jatuh cinta pada dunia kuda. “Dari zaman bapak saya. Waktu itu saya masih kecil dan sempat jadi joki pacuan juga. Dari situ mulai ngasih nama kuda,” ungkap Ilham.
Seiring waktu, ketertarikannya pada komik Jepang kemudian menjadi salah satu sumber inspirasi dalam memberi nama sejumlah kuda-kudanya. Beberapa di antaranya bahkan merujuk pada hal-hal populer di Negeri Sakura itu.
Salah satu nama kuda yang dia ingat yaitu Zato Ichi, kuda yang ia beri nama di tahun 2002. Zato Ichi merupakan karakter ninja yang kehilangan penglihatan di salah satu mata. Ilham memilih nama itu karena salah satu mata kudanya berwarna putih, sehingga kemiripan tersebut menjadi sumber inspirasinya.
Tak berhenti di situ, ia juga rutin mengikuti perkembangan balap kuda internasional, termasuk di Jepang dan Prancis. Hal ini ia lakukan untuk memperluas wawasan sekaligus menjaga passion-nya di dunia pacuan.
Terkait penamaan unik untuk kudanya, Ilham mengaku sempat vakum sejak 2010. Pada tahun 2019, ia kembali memberi nama unik pada kuda-kudanya sebagai identitas khas yang ingin ia tonjolkan.
Upaya tersebut membuahkan hasil. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah nama kuda dari Van Doeloer Stable yang terbilang unik berhasil menyita perhatian khalayak, termasuk Mc Queen hingga Opera O.
Bagi Ilham, memberi nama pada kuda bukan sekadar formalitas. Ia menitipkan rasa, cerita, dan harapan dalam setiap nama yang ia berikan. Ilham percaya, setiap kuda memiliki karakter dan perjalanannya sendiri.
Menurutnya, nama yang tepat menjadi langkah awal sebelum mereka turun ke lintasan pacu. Oleh karena itu, setiap nama kuda ia pilih dengan sengaja, memiliki makna, referensi, dan tujuan.
Opera O, misalnya, yang memiliki kesamaan dengan nama kuda di Jepang. Karena Ilham menganggap kuda miliknya itu cukup sama karakteristiknya dengan Opera O. Ia juga berharap kuda miliknya memiliki pencapaian yang sama dengan kuda yang menjadi inspirasinya itu.
“Siapa tahu pencapaian kudanya sama kayak TM Opera O,” ungkapnya.
Selain karakteristik dan sifat kuda, pemilihan nama kuda juga mempertimbangkan kondisi fisik masing-masing. Contohnya, Mc Queen, kuda kecil berwarna merah miliknya dengan kemampuan impresif.
Ilham mengaku terinspirasi dari karakter Lightning McQueen di film animasi Cars. Inspirasi itu juga muncul karena sang anak sangat menyukai tokoh tersebut.
“Karena kuda Mc Queen warnanya merah dan memiliki postur tubuh yang kecil. Makanya saya kasih nama yang mirip. Anak saya juga suka karakter di kartun tersebut,” terangnya.
Sebelum dikenal sebagai Mc Queen, kuda hasil perkawinan pejantan dan indukan lokal Aceh itu bernama Raja Muda. Ilham menceritakan bahwa kuda dengan tinggi 127 cm tersebut memiliki rekam jejak impresif di lintasan pacu Aceh, tempat asalnya.
“Mc Queen ketika bertanding di Aceh belum pernah kalah. Dia di Aceh namanya Raja Muda,” jelas Ilham.
Popularitas Mc Queen di arena pacuan Tanah Air bukan hanya karena performanya yang konsisten dalam menaklukkan lintasan. Nama tersebut juga identik dengan salah satu kuda Jepang yang menjadi karakter di Uma Musume, Mejiro Mc Queen. Kesamaan ini seketika menarik perhatian komunitas penggemar game anime tersebut.
Uniknya, Ilham sebagai pemilik kuda justru tidak mengikuti game anime tersebut. Penamaan kuda bernuansa Jepang itu murni terinspirasi dari ketertarikannya mengikuti pacuan kuda di Jepang.
Menyikapi antusiasme dari komunitas Uma Musume itu, Ilham tentu merasa bangga sekaligus bahagia. Apresiasi tersebut menjadi bukti bahwa nama yang ia pilih mampu membangun identitas kuat bagi kudanya. Lebih dari itu, pencapaian ini menjangkau perhatian publik lebih luas, bahkan di luar dunia pacuan.
“Nama-nama berbau Jepang kan lagi rame ya sekarang. Emang pas aja momennya buat nurunin kuda yang namanya berunsur Jepang,” ungkapnya antusias.
Menurutnya, tak ada salahnya untuk mengikuti tren yang sedang berkembang. Selain bisa mendapatkan perhatian lebih dari publik, hal itu juga menjadi cara untuk memperkenalkan kuda-kudanya dengan identitas lebih kuat dan mudah diingat.
“Animonya kan makin banyak, otomatis value kudanya juga bakal naik. Perhatian publik ke pacuan kuda juga ikut meningkat. Makanya saya makin tertarik buat namain kuda dengan hal yang unik,” terangnya.
Naiknya sejumlah nama kuda miliknya, seperti Mc Queen dan Opera O, tentu membawa harapan besar bagi Ilham. Ia mengaku lebih berinvestasi pada kuda kecil yang masuk ke dalam kelas F, kelas G, serta kelas di bawahnya.
Sebagai tambahan informasi, kuda yang masuk kelas F memiliki tinggi 138,1 cm - 142 cm. Sementara kuda di kelas G umumnya memiliki tinggi 134,1 cm - 138 cm.
Menurutnya, kuda-kuda di kelas tersebut sering kali kurang mendapat sorotan. Oleh karena itu, ketika ada satu kuda yang berhasil mencuri perhatian, hal tersebut menjadi angin segar yang mampu mengangkat eksistensi kelas ini di kejuaraan pacuan kuda nasional.
“Sebenarnya nggak cuma naikin value si kudanya, tapi juga bisa menarik minat orang dengan background non-kuda. Berangkat dari situ, secara ekonomi juga bisa gerak di berbagai sektor pacuan kuda itu sendiri,” ungkap Ilham.
Tidak hanya itu, Ilham juga menyoroti bertumbuhnya minat penonton terhadap pacuan kuda yang turut memberi dampak positif bagi kelas-kelas yang sebelumnya kurang mendapat sorotan.
“Harapannya kalau minatnya makin rame, kelas-kelas pertandingan untuk kuda kecil tidak mati dan terus ada,” ujarnya penuh harap.
Mc Queen dan Opera O adalah dua dari sekian banyak kuda miliknya yang memiliki nama unik. Selain berkiblat pada hal-hal yang berkaitan dengan Jepang, Ilham juga menamai beberapa kudanya dengan rujukan lain.
Salah satunya adalah Dicaprio, yang terinspirasi dari aktor kenamaan Leonardo DiCaprio. Penamaan itu juga ia ambil karena ayah sang kuda bernama Leonardo Eclipse.
Akan tetapi, penamaan kuda berunsur Jepang akan terus ia kembangkan ke depannya. Sebab, ia sangat memiliki minat terhadap negara itu.
Ia juga kerap memadupadankan nama kuda-kudanya dengan sesuatu yang berlawanan atau bertolak belakang. Selain mengundang gelak tawa penonton, cara ini menurutnya membuat nama kuda lebih mudah diingat.
Terbaru, ia menamai kudanya dengan Uni Suzuka. Nama itu dipilih karena kuda tersebut berasal dari Sumatra Barat, di mana "Uni" merupakan panggilan untuk kakak perempuan di daerah tersebut. Sementara "Suzuka" diambil dari kuda legendaris Jepang bernama Silence Suzuka, yang juga menjadi salah satu karakter di game anime Uma Musume.
“Kita gabungin antara Jepang sama lokalnya. Jadi nasionalismenya dapat, Jepangnya juga ada,” jelas Ilham.
Dengan pendekatan kreatif ini, Ilham tidak hanya memberi identitas unik bagi kuda-kudanya, tetapi juga menanamkan cerita dan karakter yang membuat setiap nama berkesan.
Ilham Syukur menunjukkan bahwa memberi nama pada kuda lebih dari sekadar formalitas. Dari Mc Queen, Opera O, hingga Uni Suzuka, setiap nama memuat cerita, harapan, dan karakter. Nama-nama itu juga menjadi cara unik untuk menonjolkan kuda-kuda kecil Van Doeloer Stable di dunia pacuan Tanah Air.
Untuk terus mengikuti kisah dan informasi menarik seputar dunia pacuan kuda, ikuti kabar terbarunya melalui Instagram (@sarga.co), 𝕏 (@sarga_co), TikTok (@sarga.co), YouTube (Sarga.Co), Facebook (Sarga.co), dan website news.sarga.co.
Install SARGA.CO News
sarga.co