SARGA.CO—Di lintasan pacuan kuda, kejutan sering kali terjadi di luar dugaan. Akan tetapi, apa jadinya jika kuda melaju sendirian tanpa joki di garis finis? Akankah momen dramatis itu dihitung? Atau justru berakhir tanpa hasil, bahkan terkena diskualifikasi? Berikut penjelasannya.
Salah satu momen paling mengejutkan dalam pacuan kuda adalah ketika joki terjatuh dari kuda yang dikendalikannya. Sejak saat itu, tidak ada yang bisa menebak apa yang akan dilakukan kuda tersebut. Biasanya, joki segera menyingkir dari lintasan demi keselamatan, sedangkan kuda tetap berlari.
Sebagai hewan berkelompok yang gemar berlari dan melompat, banyak kuda tetap berlari hingga melewati garis finis.
Kasus ini pernah terjadi di lintasan pacu Tanah Air. Saat itu, Princess Gavi mewakili King Halim Stable bertanding di Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda Seri 01 Indonesia Derby 2024, Kelas 2 Tahun Pemula C/D berjarak 1.200 meter.
Ia menunjukkan kecerdasan impresif saat jokinya, Jemmy Runtu, terjatuh di awal start. Meski berlari tanpa penunggang, kuda ini terus melesat dan berhasil menyusul kuda-kuda lain.
Princess Gavi yang saat itu masih pemula, meroket melewati dua tikungan tanpa halangan, bahkan melintasi garis finis di posisi terdepan. Peristiwa Princess Gavi dan jatuhnya sang joki saat itu memang berhasil memicu ketegangan di antara penonton.
Momen tersebut tidak hanya menampilkan aksi di luar ekspektasi, tetapi juga mengingatkan kita pada risiko besar yang selalu mengintai. Tanpa kendali, seekor kuda bisa saja terjatuh dan berpotensi membahayakan keselamatan kuda dan joki lain di lintasan.
Berdasarkan Peraturan Pacuan dan Petunjuk Pelaksanaan Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda Pasal 140 dan Pasal 141 oleh Komisi Pacuan PP PORDASI, Jika seorang joki terjatuh sebelum mencapai garis finis, baik sengaja maupun tidak, kuda yang ditungganginya secara otomatis akan dinyatakan finis terakhir.
Dengan kata lain, meskipun kuda tanpa joki itu melintasi garis finis di urutan pertama, kemenangannya tidak akan dihitung.
Dalam pacuan kuda internasional, aturan mengenai kuda tanpa joki juga ditegakkan dengan ketat. Menurut Understanding Racing, kuda yang melewati garis finis tanpa joki tetap dinyatakan Did Not Finish (DNF), meskipun secara kasat mata terlihat sebagai pemenang.
Pada kasus Princess Gavi di Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda Seri 01 Indonesia Derby 2024, aturan itu benar-benar diberlakukan. Meski mampu merebut finis pertama, kemenangannya tidak diakui.
Hal ini berbeda jika joki terjatuh setelah kuda melintasi garis finis. Pada kasus ini, posisi finis kuda tidak akan berubah dan tetap diakui. Tentunya, aturan itu diawasi penuh oleh dewan steward.
Insiden tanpa joki yang dialami oleh Princess Gavi setidaknya membuka mata para penggemar pacuan kuda terkait potensinya di masa depan.
Prestasi gemilang Princess Gavi terbukti pada tahun 2025. Ia berhasil meraih podium pertama di beberapa kelas jarak 1.400 meter, di antaranya di kejuaraan A.E. Kawilarang Memorial Cup 2025, Piala Ketua Umum PP. PORDASI 2024-2028, JATENG Derby 2025, dan Indonesia’s Horse Racing (IHR): Pertiwi Cup 2025.
Pencapaian terbarunya kembali dibuktikan ketika ia finis di posisi kedua pada Indonesia’s Horse Racing (IHR): Indonesia Derby di Kelas 3 Tahun Derby 2.000 meter dan Juara di Kelas A Super Sprint - 1.300 M di IHR: Kejurnas Pacuan Kuda PORDASI Ke-59 Seri II 2025.
Aturan yang menolak kemenangan kuda tanpa joki sebelum melewati garis finis bukanlah tanpa alasan. Dirangkum dari Understanding Racing, terdapat dua faktor utama yang menjadi dasar dari peraturan tersebut, yakni faktor keamanan dan keadilan.
Tanpa joki, kuda kehilangan kendali penuh. Tidak ada yang bisa mengatur arah, kecepatan, atau reaksi terhadap situasi tak terduga di lintasan.
Kondisi tersebut sangat berbahaya. Tidak hanya bagi kuda itu sendiri, tetapi juga bagi joki yang terjatuh dan para peserta lain yang ikut berlomba. Peristiwa lepasnya kuda tanpa kendali berpotensi menyebabkan kecelakaan serius yang membahayakan semua pihak.
Dari sisi keadilan, seorang joki memiliki fungsi krusial. Mereka memberikan motivasi, mengatur tempo, dan membuat keputusan taktis sepanjang balapan. Jika seekor kuda menyelesaikan lomba tanpa joki, ia mendapatkan keuntungan signifikan karena tidak membawa beban tambahan.
Hal ini tentu membuat kompetisi menjadi tidak adil bagi peserta lain. Oleh karena itu, hasil yang didapat dianggap tidak sah.
Aksi dramatis dan tak terduga di lintasan bisa saja terlihat menarik di mata penonton. Akan tetapi, penting untuk dipahami bahwa kemenangan kuda tanpa joki tidak akan pernah dianggap sah secara aturan.
Momen tersebut tidak hanya memengaruhi hasil balapan, tetapi juga berpotensi memberikan dampak besar pada reputasi kuda dan kepercayaan publik. Terutama jika insiden serupa sering terjadi.
Oleh karena itu, pemahaman yang jelas terhadap regulasi lokal maupun internasional sangat penting bagi semua pihak, mulai dari penonton, pelatih, hingga joki dan pihak penyelenggara, agar ekspektasi semua pihak sama.
Sejumlah peristiwa di luar prediksi yang terjadi di lintasan menegaskan bahwa dunia pacuan kuda selalu menyimpan kejutan sekaligus pelajaran berharga. Tidak hanya soal siapa yang finis pertama, tetapi juga tentang sportivitas, semangat, dan cerita yang menginspirasi.
Dapatkan insight seputar pacuan kuda dengan mengikuti informasi terbaru lainnya melalui Instagram (@sarga.co), 𝕏 (@sarga_co), TikTok (@sarga.co), YouTube (Sarga.Co), Facebook (Sarga.co), serta website news.sarga.co.
Install SARGA.CO News
sarga.co