SARGA.CO — Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu pusat pacuan kuda di Indonesia dengan tradisi yang telah mengakar kuat sejak abad ke-19. Dari kultur inilah, tak sedikit joki muda yang ikut mendominasi lintasan pacu. Di antara deretan nama besar, sorotan tertuju pada Najlah Al Balkis, joki perempuan asal Padang Panjang yang bersinar di usia belia.
Menjadi joki perempuan di lintasan pacu bukanlah hal yang umum. Namun Najla Al Balkis berani menembus batas itu.
Sejak 2020, ia bercita-cita menjadi joki. Meski di sisi lain ia juga menyimpan impian suatu hari menjadi seorang abdi negara di barisan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kedekatannya dengan kuda di lingkungan keluarga, terutama karena sang ayah memelihara seekor kuda bernama Mustika, membuatnya semakin tertarik dengan dunia pacuan.
Bagi Najla, menghabiskan waktu dengan kuda adalah cara melepas penat dari rutinitas di sekolah.
“Duduk-duduk di paddock, biar nggak stress, duduk sama kuda,” ujarnya.
Perjalanannya menjadi joki pacuan kuda tidak selalu mulus. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sudah mencoba menunggang kuda meski sempat jatuh dan dilarang sang ibu.
Ayahnya pun sempat melarang untuk melanjutkan kegemaran Najla dalam berkuda. Hal ini karena sang ayah khawatir kuda yang ditunggangi Najla susah diatur.
Namun semangat Najla tak lantas surut begitu saja. Dukungan demi dukungan datang dari teman-teman sekolahnya.
“Keren, cewek bisa naik kuda,” ungkap Najla mengingat perkataan teman sekelasnya. Tentunya, hal itu menambah semangat untuk mengasah kemampuan menjadi joki pacuan kuda.
Sang guru, juga tak luput sebagai motivasinya untuk terus bergelut di dunia yang didominasi oleh laki-laki itu. Satu nasihat yang ia ingat dari gurunya.
“Kalau naik kuda, tetap pakai hijab,” terang dara kelahiran Padang Panjang, 2 Juli 2008 itu.
Pesan tersebut menjadi hal yang selalu ia ingat saat akan berlaga di lintasan pacu.
Impian Najla untuk menjadi joki pacuan terasa begitu dekat. Namun kenyataan pahit menghadangnya, yakni usianya belum genap 18 tahun.
Seperti yang diketahui, Peraturan Pacuan dan Petunjuk Pelaksanaan Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda oleh PORDASI dirancang begitu ketat. Pasal 74 dengan tegas menetapkan bahwa batas usia minimum seorang joki pacuan adalah tidak kurang dari 18 tahun.
Di tahun 2025, Najla baru menginjak usia 17 tahun, artinya ia secara peraturan resmi belum bisa berkompetisi. Aturan tersebut seolah menjadi tembok penghalang yang tak bisa ia tembus.
Namun, Najla pantang menyerah. Untuk memangkas batasan ini, ia harus melalui proses rumit yang membuka celah kecil dalam aturan.
Ia berhasil mendapatkan persetujuan resmi tertulis dari dua pihak krusial, yakni sang ayah dan trainer-nya. Dokumen ini kemudian diajukan kepada Dewan Steward.
Berkat upaya keras dan dukungan tersebut, jalan menuju lintasan akhirnya terbuka. Persetujuan ini menjadi kunci yang memungkinkan Najla melakukan debut impresif di ajang pacu regional.
Debut di usia yang sangat belia tidak menjadi halangan bagi Najla untuk menorehkan prestasi.
Mei 2025, ia menggantikan Syifa, rekan satu pelatihannya di SRC Bukittinggi untuk mengikuti ajang Pacuan Kuda Wisata Derby Bukittinggi-Agam. Pada kejuaraan itu, ia berhasil mengamankan podium utama di Kelas Sagalo Heat I dengan jarak 600 meter.
Bersama kudanya, Rolet, Najla langsung melesat sejak starting gate dibuka. Dengan kecepatan penuh, ia menguasai lintasan hingga lawan-lawannya tak berkutik. Dominasi itu terus terjaga hingga garis finis, mengantarkan Najla dan Rolet sebagai juara.
Meski demikian, momen kemenangan itu diwarnai insiden kecil. Setelah melewati garis finis, stirrup pelana yang ia kenakan terlepas, sehingga membuatnya terjatuh.
Untungnya, insiden tersebut tidak mengurangi gemilangnya pencapaian debut Najla bersama Rolet.
Empat bulan setelah debut manisnya, tepat pada 28 September 2025, Najla kembali turun lintasan di ajang Indonesia’s Horse Racing Cup II di Payakumbuh. Kali ini, ia tampil di Kelas Extra berjarak 600 meter.
Tentunya, sorotan penonton tertuju padanya. Bukan hanya karena Najla merupakan satu-satunya joki perempuan, tetapi juga karena kemampuannya mengendalikan kuda di lintasan.
Dengan pelana nomor 1, ia menunggangi Sir Aloy dan langsung melesat di posisi terdepan sejak starting gate dibuka. Pertarungan itu memanas di 200 meter terakhir. Saat itu, Warna Sari, yang dikendalikan Ripan, mulai menempel ketat.
Duel sengit itu berlangsung hingga garis finis, sebelum akhirnya Najla bersama Sir Aloy harus puas menutup lomba di posisi kedua. Sementara itu, podium utama diamankan oleh Warna Sari.
Kendati demikian, penampilan Najla tetap dianggap impresif dan semakin menegaskan potensinya sebagai joki muda perempuan yang berbakat.
Pelatih Najla di SRC Bukittinggi, Abdi Salam, menaruh harapan besar pada anak asuhnya itu. Sejak lama, Abdi berkeinginan untuk memunculkan potensi perempuan di dunia pacuan kuda.
“Di Jawa ada joki perempuan, di Sumatra juga bisa,” ujarnya.
Menurut Abdi, Najla dipilih menggantikan rekannya, Syifa, di gelaran Wisata Derby Bukittinggi-Agam 2025 bukan semata karena adanya kesempatan, melainkan karena kemauan dan kesiapan yang dimilikinya.
“Saya rasa, Najla lebih dari 100 persen keinginannya untuk tampil menjadi joki pacuan,” ungkap Abdi.
Ia menilai Najla cepat memahami instruksi, berani mengambil keputusan di lintasan, dan memiliki mental kuat sebagai joki pacuan kuda.
Secara fisik, kemampuan Najla cukup berkembang. Meski saat ini, Najla terbiasa berlatih setiap Sabtu, atau satu kali dalam seminggu.
Meski cukup impresif, kemampuan fisik Najla belum terlalu mumpuni untuk bertanding jarak jauh. Oleh karena itu, kemampuannya masih perlu diasah lagi.
Setiap joki muda selalu punya figur yang menjadi sumber semangat sekaligus inspirasi. Bagi Najla, perjalanan di lintasan pacu tidak terlepas dari dua nama besar yang ia jadikan panutan.
Sosok pertama adalah Jemmy Runtu, sang joki Triple Crown. Sejak awal, Najla mengagumi cara Jemmy mengendalikan kuda dengan tenang namun penuh presisi.
Ia melihat bagaimana banyak kuda mampu meraih kemenangan berkat kepiawaian Jemmy dalam mengatur ritme.
“Jemmy Runtu bisa mengatur kecepatan kuda. Banyak kuda yang menang sama Jemmy Runtu,” tutur Najla dengan kagum.
Bukan hanya Jemmy yang menjadi inspirasinya. Sosok kedua datang dari seorang joki perempuan, Aqiilah Annajiibah, wakil Jawa Timur di lintasan nasional.
Keberanian Aqiilah membuka jalan bagi joki perempuan, membuat Najla merasa memilki tempat di dunia pacuan.
“Kak Aqiilah, tunggu saya di Jawa,” kata Najla penuh harap, menanti kesempatan untuk bisa beradu cepat di lintasan bersama idolanya itu.
Bagi Najla, menjadi joki tidak hanya soal fisik, tetapi juga mental yang kuat.
“Ga semua orang punya mental yang kuat buat naik kuda.” tegas Najla
Karena alasan itu, ia menjaga disiplin latihan setiap hari. Rutinitas itu dijalaninya dengan konsisten demi satu tujuan besar, yakni menjadi joki pacuan kuda wanita yang profesional.
Namun perjalanan Najla tidak hanya tentang mengejar prestasi pribadi. Ia ingin kehadirannya di lintasan menjadi bukti bahwa wanita juga punya tempat dalam olahraga yang lekat dengan dominasi laki-laki.
“Semua perempuan juga berkesempatan menjadi joki pacuan kuda,” ujarnya penuh keyakinan.
Itulah sebabnya Najla selalu membawa pesan untuk mereka yang ingin menapaki jejak serupa.
“Buat perempuan yang punya mental dan nyali, bisa coba latihan berkuda.” tutupnya.
Perjalanan Najla baru saja dimulai. Dari setiap langkah kecil di lintasan, ia telah membuktikan bahwa keberanian dan tekad mampu membuka jalan bagi wanita untuk bersinar di arena pacuan kuda.
Ikuti perjalanan Najla dan insight seputar pacuan kuda nasional melalui Instagram (@sarga.co), 𝕏 (@sarga_co), TikTok (@sarga.co), YouTube (Sarga.Co), Facebook (Sarga.co), serta website news.sarga.co.
Install SARGA.CO News
sarga.co