

SARGA.CO - Kuda jinak yang bisa dikendarai menjadi salah satu terobosan paling revolusioner dalam sejarah manusia dan kini, para ilmuwan akhirnya menemukan dua gen kunci yang mungkin jadi biangnya.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada 28 Agustus 2025 mengungkap bahwa dua varian genetik utama membantu menjadikan kuda pertama yang dijinakkan tidak hanya lebih tenang, tetapi juga lebih kuat menopang penunggangnya. Temuan ini menjadi bagian dari pemahaman kita tentang bagaimana manusia zaman Perunggu memanfaatkan bioteknologi secara luar biasa pada hewan.
Menurut riset terdahulu pada 2021, tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh Ludovic Orlando, ahli arkeologi molekuler dari Centre for Anthropobiology and Genomics of Toulouse, Prancis, melacak asal mula kuda modern ke wilayah barat daya Rusia sekitar 4.200 tahun yang lalu.
Namun meski waktu dan tempat sudah diketahui, pertanyaan penting masih tersisa: apa sebenarnya yang berubah dalam DNA kuda sehingga mereka bisa dijinakkan dan ditunggangi?
Orlando bersama ilmuwan dari Tiongkok dan Swiss mempelajari genom dari 71 kuda dari berbagai ras dan era. Mereka memusatkan perhatian pada 266 titik dalam DNA kuda yang menunjukkan perubahan genetik selama proses domestikasi.
Hasilnya? Sembilan gen menunjukkan tanda-tanda seleksi kuat, artinya sifat-sifat yang dihasilkan oleh gen-gen ini kemungkinan besar sengaja dipilih oleh manusia zaman dulu.
Namun dua gen yang paling menarik perhatian adalah:
ZPFM1 – Gen Penjinak Kuda
Gen pertama bernama ZPFM1, yang dalam studi pada tikus diketahui memengaruhi tingkat kecemasan, dan pada manusia berkaitan dengan kesejahteraan emosional.
Menariknya, gen ini mengalami seleksi sangat kuat sekitar 5.000 tahun yang lalu, menunjukkan bahwa usaha pertama dalam menjinakkan kuda melibatkan pengurangan agresi dan peningkatan ketenangan. Kuda-kuda awal tampaknya dipilih karena sifat mereka yang lebih jinak dan mudah dilatih.
Gen kedua, GSDMC, mulai menunjukkan perubahan signifikan sekitar 4.700–4.200 tahun lalu. Pada manusia, mutasi di lokasi ini berkaitan dengan masalah punggung dan rasa sakit kronis. Pada kuda, perubahan di lokasi ini memengaruhi perbandingan panjang tubuh dengan tinggi badan, yang terkait dengan kemampuan menopang beban.
Eksperimen pada tikus yang gennya dimatikan menunjukkan bahwa tulang belakang mereka menjadi lebih lurus dan kaki depan lebih kuat, indikasi bahwa gen ini berperan besar dalam membentuk postur tubuh ideal kuda tunggangan.
Tak lama setelah itu, varian GSDMC ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam waktu beberapa ratus tahun saja, dari nyaris tak terdeteksi, mutasi ini muncul pada hampir semua kuda domestik.
"Ketika Anda melihat perubahan frekuensi gen setajam itu, artinya manusia dengan sengaja menyebarkan mutasi ini. Kuda dengan mutasi ini memiliki sekitar 20% lebih banyak keturunan, yang artinya sifat ini benar-benar mengubah permainan dalam dunia kuda," kata Orlando.
Kuda jinak bukan hanya soal transportasi, mereka merevolusi perang, perdagangan, hingga penyebaran budaya. Kuda yang bisa ditunggangi mempercepat perjalanan, memungkinkan perluasan wilayah, dan mendukung bangkitnya kekaisaran-kekaisaran besar.
"Ini adalah contoh luar biasa bagaimana biologi dan sejarah manusia saling berkelindan," ujar Samantha Brooks, pakar genetika dari Universitas Florida, yang tak terlibat dalam studi ini.
Meski gen ZPFM1 dan GSDMC berperan penting, Orlando menekankan bahwa kemungkinan masih ada gen lain, atau bahkan faktor budaya yang tidak terlihat dalam DNA, namun turut berperan dalam proses domestikasi. Misalnya, cara manusia berinteraksi dan melatih kuda juga bisa jadi kunci keberhasilan domestikasi.
Kini, tim Orlando tengah meneliti DNA kuda-kuda dari Kekaisaran Steppe di Mongolia dan Tiongkok untuk memahami lebih jauh bagaimana peradaban besar memanfaatkan dan mengembangkan kuda pilihan mereka.
"Kami ingin tahu seperti apa jenis kuda yang dibudidayakan oleh kekaisaran-kekaisaran yang tercatat dalam sejarah," kata Orlando.
(Sumber: Science News)
Install SARGA.CO News
sarga.co