

SARGA.CO - Jika ada satu hal yang paling melekat di Royal Ascot selain pacuan kuda, jawabannya adalah topi. Setiap tahun, ribuan tamu hadir dengan berbagai model topi yang unik, glamor, hingga kadang terasa “liar”. Fenomena ini sudah menjadi bagian penting dari identitas Royal Ascot.
Sejak abad ke-18, Royal Ascot dikenal dengan aturan berpakaian yang ketat. Di area eksklusif seperti Royal Enclosure, topi adalah aksesori wajib. Wanita diharuskan memakai topi berukuran cukup besar, sementara pria mengenakan top hat sebagai bagian dari morning dress.
Aturan ini membuat topi punya status khusus—bukan sekadar pelengkap, melainkan simbol tradisi, gaya, dan kelas sosial.
Sebelum membahas topi-topi unik di pacuan legendaris ini, mari sejenak melihat sejarah hadirnya Royal Ascot yang tersohor di dunia berkuda sejagat ini.
Mengutip Ascot.com, Royal Ascot lahir pada tahun 1711 dari ide Ratu Anne. Kala itu sang Ratu melihat arena pacuan kuda di East Cote sebagai tempat ideal untuk kuda berlari kencang. Dengan segera Sang Ratu menggelar perlombaan berhadiah Majesty Plate senilai 100 guinea untuk semua jenis kuda, jantan ataupun betina, dengan usia tidak lebih dari enam tahun.
Royal Ascot semakin populer pada era 1752 di kalangan lingkaran sosial. Saking terkenalnya, DUke of Bedford pernah mengatakan sulit mengajak orang untuk menemaninya makan atau minum sup ketika kejuaraan berlangsung.
Pada akhir abada ke-18, tradisi memakai topi ketika menonton Royal Ascot mulai lahir. Pria di Royal Enclosure wajib mengenakan topi tinggi. Topi ini awalnya populer di kalangan semua kelas sosial pada akhir abad ke-19 sebelum berkembang menjadi simbol kewibawaan kaum urban.
Topi tinggi sutra yang terbuat dari kain mewah para pembuat topi kini sangat langka—karena tidak ada lagi alat tenun yang mampu memproduksi bahan tradisional—sehingga model-model vintage yang masih layak pakai sangat diminati.
Awal mula aturan berpakaian dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-19 ketika Beau Brummel, sahabat karib Pangeran Regent, menetapkan bahwa pria yang elegan harus mengenakan mantel hitam berpinggang dan dasi kupu-kupu putih dengan pantalon.
Brummel dianggap sebagai sosok yang memperkenalkan, dan menetapkan mode bahwa pria harus berpakaian setelan jas modern dengan memakai dasi. Dia menetapkan mode berpakaian bagi pria yang menolak gaya yang terlalu ornamen dengan pakaian sederhana namun pas dan dibuat khusus secara sempurna.
Kini, meski dikenal dengan aturannya yang sangat ketat, Royal Ascot justru melahirkan parade kreativitas. Banyak tamu tampil dengan desain elegan penuh bunga atau renda, sementara yang lain memilih gaya eksentrik: topi berbentuk burung, buah, bahkan replika benda sehari-hari.
Topi di event ini sering dianggap karya seni yang bisa mengundang decak kagum maupun tawa.
Beberapa penampilan bahkan meninggalkan jejak kuat dalam sejarah Royal Ascot.
Foto-foto dari momen ini biasanya viral, menjadikan Royal Ascot sebagai salah satu acara fashion outdoor paling ditunggu.
Bagi desainer, Royal Ascot adalah panggung untuk unjuk karya. Banyak milliner (pembuat topi khusus) menyiapkan koleksi eksklusif untuk acara ini. Pengunjung pun rela memesan topi custom demi tampil beda dan menarik perhatian kamera.
Fenomena topi sudah menjadi identitas Royal Ascot. Tanpa parade topi spektakuler, acara ini mungkin hanya sekadar pacuan kuda. Tapi dengan kreativitas yang lahir setiap tahun, Royal Ascot berhasil menjaga reputasinya sebagai perpaduan unik antara tradisi, olahraga, dan fashion.
Di lintasan, kuda jadi pemenang. Di luar lintasan, topi yang jadi bintang.
Install SARGA.CO News
sarga.co