

SARGA.CO - Performa kuda pacu tidak hanya ditentukan oleh latihan rutin dan strategi joki, tetapi juga dipengaruhi faktor eksternal seperti kualitas udara dan kondisi cuaca. Berikut pemaparan selengkapnya.
Tak sedikit yang masih menganggap latihan rutin sebagai faktor utama penentu performa kuda pacu. Namun, kualitas udara dan kondisi cuaca juga terbukti berperan besar dalam memengaruhi performa kuda di lintasan.
Penelitian terbaru dari Colorado State University yang dipublikasikan di Equine Veterinary Journal, menemukan bahwa kuda pacu di California cenderung berlari lebih lambat pada hari dengan kualitas udara buruk. Bahkan, pada tingkat jauh di bawah ambang batas yang dianggap aman bagi manusia.
Menurut peneliti Sheryl Magzamen, kondisi tersebut menunjukkan bahwa kualitas udara berpengaruh signifikan terhadap performa hewan atlet, termasuk kuda pacu. Selain itu, faktor cuaca juga dapat memengaruhi persiapan maupun pola pelatihan kuda pacu sebelum bertanding.
Dalam risetnya itu, Magzamen mengumpulkan data lebih 30.000 balapan di 12 arena pacuan di California selama periode 2011 hingga 2020. Ia juga mengumpulkan data dari alat pemantau udara milik U.S. Environmental Protection Agency yang berada di sekitar lokasi.
Dengan membandingkan kedua dataset tersebut, para peneliti mendapat temuan unik berupa perbedaan tingkat polutan, termasuk ozon dan PM2.5 yang bisa memengaruhi performa kuda pacu.
PM2.5 adalah partikel berbahaya di udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer dan berbagai studi ilmiah telah mengaitkannya dengan sejumlah masalah kesehatan seperti penyakit jantung, asma, dan berat badan lahir rendah.
Secara tidak langsung, temuan ini menegaskan bahwa kualitas udara berdampak besar terhadap kondisi fisik kuda. Pada akhirnya juga berpengaruh pada performanya di lintasan.
Mengutip New York Gaming Commission, kualitas udara yang baik ditunjukkan dengan Air Quality Index (AQI) hijau (0–50). Indeks tersebut merupakan kondisi terbaik bagi kuda pacu sehingga latihan dan balapan bisa berlangsung normal tanpa batasan.
Race masih dapat dilakukan pada AQI kuning (51–100) atau oranye (101–150). Namun, kuda yang memiliki masalah pernapasan sebaiknya dibatasi aktivitasnya atau diawasi lebih ketat.
Jika AQI mencapai 150 atau lebih, semua aktivitas perlu dibatasi dan otoritas pacuan bisa menerapkan protokol tambahan. Misalnya, mewajibkan pemeriksaan dokter hewan sebelum balapan atau bahkan membatalkan balapan pada AQI 200 ke atas.
Cuaca menjadi faktor krusial bagi seekor kuda pacu. Mengutip laman ARIONEO, saat cuaca panas, kuda cenderung lebih cepat lelah. Hal ini terjadi karena tubuh kuda kesulitan membuang panas berlebih.
Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat menurunkan stamina, meningkatkan detak jantung, menekan nafsu makan, hingga memicu keringat berlebih pada kuda.
Sebaliknya, pada cuaca dingin otot kuda cenderung menegang dan kaku, sehingga fleksibilitas serta mobilitas menurun. Akibatnya, kecepatan dan tenaga berkurang. Di waktu yang bersamaan, risiko cedera seperti keseleo atau tarikan otot justru meningkat.
Selain membuat lintasan menjadi licin dan membuat kuda lebih sulit menjaga keseimbangan, kondisi itu juga membuat kuda lebih cepat kehabisan tenaga.
Ini dikarenakan lintasan berlumpur membuat langkahnya lebih berat.
Curah hujan dengan intensitas tinggi juga berdampak pada jarak pandang kuda maupun joki. Hal tersebut juga menyebabkan joki mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan.
Oleh sebab itu, trainer perlu menyesuaikan strategi pertandingan saat hujan turun.
Meski terlihat sepele, angin dapat mengganggu laju kuda, membuatnya kehilangan fokus, bahkan stres. Menurut sumber yang sama, hembusan angin kencang bisa memengaruhi kestabilan kuda di lintasan.
Misalnya, headwind atau angin dari depan cenderung memperlambat laju, sementara tailwind atau angin dari belakang justru dapat membantu kuda melaju lebih cepat.
Tekanan udara yang tinggi dapat membuat kuda lebih sulit bernapas dan memperlambat lajunya di lintasan, yang secara tidak langsung menurunkan stamina. Sebaliknya, pada tekanan udara yang lebih rendah, kuda cenderung lebih berenergi sehingga performanya bisa meningkat.
Di sisi lain, kelembapan udara yang tinggi juga menjadi tantangan karena membuat pernapasan lebih berat. Udara dengan kelembapan tinggi juga memengaruhi daya tahan serta menurunkan kecepatan kuda saat bertanding.
Selain itu, keringat berlebih akibat kelembapan udara yang kurang stabil bisa menyebabkan hilangnya elektrolit dan dehidrasi jika tidak dikelola dengan baik.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kualitas udara dan cuaca berpengaruh nyata terhadap performa kuda pacu. Karena itu, kedua faktor ini perlu diperhitungkan dalam penyusunan jadwal latihan maupun persiapan sebelum pertandingan.
Seperti disadur dari laman EQUUS Magazine, pada cuaca panas sebaiknya latihan dihindari saat siang terik. Sementara itu, pada cuaca dingin trainer perlu memastikan kuda tetap hangat dan otot siap digunakan agar terhindar dari cedera.
Dengan kata lain, cuaca dan kualitas udara merupakan faktor penting yang tak bisa diabaikan dalam menjaga performa kuda pacu.
Kondisi udara maupun cuaca adalah faktor eksternal yang sulit diprediksi sekaligus tidak bisa sepenuhnya dikendalikan. Masih disadur dari sumber yang sama, langkah pencegahan menjadi solusi paling tepat untuk menghadapi tantangan tersebut.
Misalnya, pada cuaca panas kuda perlu dijaga tetap terhidrasi serta memiliki area teduh untuk beristirahat. Sementara pada cuaca dingin, penggunaan selimut dan pemanasan sebelum pertandingan sangat dianjurkan.
Selain itu, memantau prakiraan cuaca juga penting agar strategi latihan maupun lomba dapat disesuaikan. Jika cuaca ekstrem diprediksi, durasi dan intensitas latihan sebaiknya dikurangi demi menjaga keamanan dan keselamatan kuda.
Perlu diingat pula, setiap kuda pacu memiliki kecocokan berbeda terhadap kondisi tertentu. Ada yang lebih tahan panas, ada pula yang lebih unggul di lintasan basah. Oleh karena itu, penting bagi pelatih maupun pemilik kuda untuk memahami respons masing-masing kuda terhadap kualitas udara dan cuaca.
Dengan pemahaman tersebut, strategi yang lebih spesifik dapat dirumuskan guna memaksimalkan performa saat pertandingan. Pada akhirnya, faktor eksternal seperti angin, curah hujan, hingga tekanan udara terbukti memengaruhi performa kuda pacu.
Penyesuaian pola latihan, strategi lomba, serta perawatan fisik sesuai tantangan cuaca bukan hanya meningkatkan performa, tetapi juga membantu meminimalkan risiko cedera. Topik seperti ini masih menyimpan banyak hal menarik untuk dikulik lebih dalam.
Ingin mendapatkan informasi dan insight seputar pacuan kuda dan ekosistem berkuda di Tanah Air maupun internasional? Ikuti kabar terbarunya melalui Instagram (@sarga.co), 𝕏 (@sarga_co), TikTok (@sarga.co), YouTube (Sarga.Co), Facebook (Sarga.co), serta website news.sarga.co
Install SARGA.CO News
sarga.co