

SARGA.CO—Bukan sekadar hewan, kuda pacu merupakan atlet yang performanya bergantung pada kualitas perawatan yang ia terima. Artikel ini mengupas secara mendalam apa saja komponen dalam perawatan kuda pacu, bagaimana variasi biayanya, serta strategi yang diterapkan oleh pelatih untuk mengelola pengeluaran tersebut.
Kuda pacu dilatih dengan disiplin tinggi, dijaga kesehatannya dengan ketat, dan diberi perlakuan istimewa setiap hari. Hal ini tak mengherankan, karena performa seekor kuda pacu di lintasan sangat bergantung pada kualitas perawatannya.
Biaya perawatan kuda pacu tidak bisa disamaratakan karena sangat bergantung pada banyak faktor. Jenis kuda adalah salah satu penentu utama—ras impor seperti Thoroughbred memiliki standar perawatan yang lebih tinggi dibanding jenis lokal.
Dijelaskan dalam jurnal penelitian yang dilakukan Annisa Putri (2021) dengan judul, “Identifikasi Bahan Dan Biaya Pakan Ternak Kuda Pacu Di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat,” bahwa pakan yang ada di Indonesia memiliki kualitas yang cukup baik dibandingkan dengan pakan import, hanya saja belum ada pengujian baik secara fisik, kimia maupun secara biologis tentang nilai optimal yang baik untuk kuda pacu.
Selain itu, pendekatan pelatih dan gaya manajemen stable juga memengaruhi struktur biaya: apakah pelatih mengandalkan tim medis profesional, seberapa intens latihan yang diberikan, serta jenis suplemen dan pakan yang digunakan.
Secara umum, perawatan kuda pacu mencakup biaya rutin dan biaya tambahan saat mendekati kejuaraan. Komponen biaya utama antara lain: pakan berkualitas tinggi, vitamin dan suplemen, gaji pelatih, joki, dan groom, serta biaya perawatan kandang.
Pada masa persiapan menjelang kompetisi, biasanya dilakukan peningkatan dalam kualitas dan kuantitas makanan serta pemberian vitamin booster. Biaya juga dapat bertambah jika kuda memerlukan penanganan medis khusus, seperti cek darah rutin, terapi cedera, atau kunjungan dokter hewan.
Tak ketinggalan, biaya transportasi dan penyewaan kandang dan transportasi saat mengikuti pacuan di luar kota, kebutuhan akan peralatan seperti sepatu kuda dan pelana. Jika dijumlahkan, dapat mencapai angka puluhan juta rupiah per bulan.
Untuk memahami bagaimana perawatan ini dijalankan di lapangan, tim SARGA.CO mewawancarai tiga pelatih dari horse stable di Indonesia yang berbeda: Rizky dari Aragon Stable, Ardhi dari BHM Stable, dan Wahono dari The Djon’s Stable.
Di Aragon Stable, Rizky menyebutkan bahwa biaya bulanan berkisar Rp10–15 juta, namun bisa meningkat hingga di atas Rp15 juta ketika kuda mengikuti kejuaraan Indonesia Derby. Ia menekankan pentingnya takaran yang tepat dalam pemberian vitamin—terlalu banyak justru bisa berdampak negatif pada performa kuda.
Rizky juga menyebutkan, bahwa pelatih memegang kendali penuh dalam menentukan program harian, dari pola makan hingga pola latihan.
Sementara itu, di BHM Stable, Ardhi memprioritaskan kestabilan dalam perawatan. Menurutnya, pemberian pakan dan vitamin sebaiknya dilakukan secara konsisten, bukan hanya meningkat drastis saat kompetisi lalu turun kembali.
Kisaran biaya perawatan di stable ini adalah Rp10–13 juta per bulan, dan bisa melonjak hingga Rp20 juta untuk kejuaraan seperti Indonesia Derby. Ia mengibaratkan pelatih seperti seorang koki—bukan soal bahannya, tetapi bagaimana keterampilan memasak yang akan menghasilkan makanan yang enak.
Di The Djon’s Stable, Wahono mengandalkan pendekatan yang menggabungkan pelatihan intensif dan konsultasi rutin dengan dokter hewan. Biaya reguler berkisar Rp15 juta, dan bisa naik menjadi Rp20 juta menjelang kejuaraan Indonesia Derby, terutama karena tambahan tes darah dan suplemen premium.
Namun Wahono mengingatkan bahwa mahalnya biaya tidak selalu berbanding lurus dengan performa, karena masalah kesehatan tersembunyi seperti gangguan ginjal bisa muncul tanpa gejala awal yang jelas.
Ketiga pelatih sepakat bahwa perawatan mahal tidak selalu menjamin prestasi. Menurut Rizky, biaya besar hanya akan berdampak positif jika pengelolaannya tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan kuda.
Over-treatment hanya akan membebani kondisi fisik si kuda dan mengurangi performanya. Di Aragon Stable, stabilitas menjadi kata kunci—dengan menjaga ritme pemberian pakan dan vitamin secara rutin, kuda lebih siap saat menjelang kompetisi besar.
Ardhi dari BHM menambahkan bahwa stabilitas biaya juga perlu disesuaikan dengan kekuatan finansial pemilik. Ia selalu memperhitungkan sejak awal apakah owner sanggup menjaga kualitas perawatan dalam jangka panjang, bukan hanya saat kejuaraan besar.
Strateginya adalah mengatur ritme perawatan agar tetap efisien dan berkesinambungan, dengan peningkatan bertahap menjelang lomba besar.
Sementara Wahono menyarankan pelatih untuk melibatkan tenaga medis, terutama untuk melakukan cek darah rutin dan diagnosis awal jika ada gejala tak wajar. Ini dinilai lebih hemat dalam jangka panjang karena bisa mencegah kerusakan yang lebih serius.
Konsistensi dan pemahaman terhadap kebutuhan spesifik kuda lebih penting daripada sekadar jumlah uang yang dikeluarkan. Seperti kata Ardhi, “kuda bukan matematika, belum tentu 4+4 hasilnya 8.” Dalam hal ini, manajemen yang bijak dan pemahaman mendalam terhadap kuda pacu adalah kunci utama.
Merawat kuda pacu adalah proses yang kompleks dan mahal, namun juga penuh perhitungan dan tanggung jawab. Biaya perawatan dapat berkisar dari Rp7,5 juta hingga Rp20 juta per bulan, tergantung pada standar stable dan kesiapan mengikuti kompetisi besar.
Namun, seperti yang diungkapkan para pelatih, angka bukan segalanya. Keseimbangan antara nutrisi, pelatihan, dan pemahaman terhadap karakter kuda menjadi faktor utama dalam menentukan performa di lintasan.
Di balik kemenangan seekor kuda pacu, tersimpan kerja keras, strategi matang, dan investasi emosional dari seluruh tim yang merawatnya.
Install SARGA.CO News
sarga.co