

SARGA.CO—Djohar Manik, kuda pacu ikonik dari Tombo Ati Stable yang telah mencatatkan namanya dalam sejarah pacuan kuda Indonesia. Dengan prestasi luar biasa, dari kejuaraan lokal hingga nasional, Djohar Manik telah membawa Tombo Ati Stable ke puncak kejayaan.
Keunggulan Djohar Manik tidak lepas dari silsilahnya yang istimewa. “Induk betina Djohar Manik adalah Mini Satria, sementara induk jantan Toscalosa. Neneknya, Liberti, termasuk kuda top di Indonesia pada masanya,” jelas Munawir, pemilik Tombo Ati Stable.
Saat melihat potensi garis keturunan ini, Munawir merasa yakin bahwa kuda ini istimewa. Dari kecil, Djohar Manik sudah menunjukkan tanda-tanda keunggulan.
Munawir mengambil nama Djohar Manik dari nama pahlawan wanita di Timur Tengah. Dedikasi dan semangatnya menginspirasi Munawir dan berharap kuda pacunya juga memiliki kemampuan serta karakter yang kuat seperti pahlawan tersebut.
Dari kuda pacunya masih berumur sangat muda, Munawir sudah mengagumi dan yakin pada keunggulan Djohar Manik. “Bentuk tubuhnya sudah bagus sejak kecil, sangat proporsional dan elegan. Ketika mulai dilatih, dia langsung menunjukkan hasil yang menjanjikan,” ungkap Munawir.
Tidak diragukan lagi, pada pacuan pertamanya, Djohar Manik langsung menjadi juara, meninggalkan lawan-lawannya jauh di belakang. Prestasi ini menjadi awal dari perjalanan gemilang Djohar Manik dalam dunia pacuan kuda.
Prestasi terbesar Djohar Manik adalah meraih gelar juara pada ketiga seri di Kejuaraan Piala Tiga Mahkota atau Triple Crown pada tahun 2014. Hal ini menjadi supremasi tertinggi pacuan untuk kuda peraih tiga gelar juara dari tiga kelas dan berbeda.
Kejuaraan itu antara lain, Piala Tiga Mahkota Seri 1 pada bulan Maret di jarak 1.200 meter. Piala Tiga Mahkota Seri 2 pada bulan Mei dengan di jarak 1.600 meter. Dan Piala Tiga Mahkota Seri 3 pada bulan Juli di jarak tempuh 2.000 meter dengan rekor tercepat.
Tidak hanya itu, Djohar Manik juga mendominasi di pacuan bergengsi lainnya, ia tiga kali menyabet gelar juara pada kategori kelas Super Sprint jarak 1.300 meter dan kategori Star of Stars jarak 2.200 meter. Selain itu, pada Kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2016 di Pangandaran Jawa Barat, ia berhasil menyandang gelar juara di kelas A Sprint.
Strategi demi strategi dilakukan dalam setiap kejuaraan yang Djohar Manik ikuti. Munawir mengungkapkan bahwa kemampuan kuda pacu itu sangat fleksibel, baik dari depan maupun mengejar dari belakang.
Rasa bangga dan syukur sangat dirasakan Munawir dan keluarga. “Sangat bangga sekali ya. Tapi saya sadar semua itu pemberian Allah ya. Walaupun kita ternak, tapi namanya itu menurut saya rejeki yang sangat agung untuk saya sekeluarga.”
Selain kehebatannya di lintasan pacu, Djohar Manik memiliki karakter yang luar biasa. “Dia sangat tenang dan mudah diatur. Ketika harus berpindah lokasi pacuan, dia tidak pernah gugup. Bahkan di lokasi baru, dia tetap mau makan dan tidak pernah rewel,” ungkap Munawir.
Pada tahun 2024, menjadi tahun yang sangat berat dan menyedihkan berat bagi Munawir dan keluarganya. Djohar Manik harus meninggalkan dunia pacu untuk selamanya.
Ia harus gugur karena terkena penyakit laminitis, sebuah gangguan pada kuku kuda yang menyebabkan komplikasi serius. Saat itu, Djohar Manik sedang mengandung anak dari pejantan yang bernama Leonardo.
Kisah Djohar Manik bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang inspirasi dan keimanan. Keberhasilan kuda ini tidak hanya membanggakan keluarga Munawir, tetapi juga komunitas pacuan kuda di Indonesia.
“Djohar Manik adalah bukti bahwa kerja keras, perhatian pada silsilah, dan dedikasi dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. InsyaAllah, akan ada juara-juara baru di masa depan,” ujar Munawir.
Djohar Manik bukan hanya seekor kuda pacu, tetapi sebagai simbol dedikasi, cinta dan semangat. Kepergiannya meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi Tombo Ati Stable dan dunia pacuan kuda Indonesia.
Dalam hati Munawir, Djohar Manik akan selalu menjadi bintang yang bersinar terang. Namanya akan selalu menjadi pengingat untuk momen-momen penuh kemenangan dan kebahagiaan.
Dengan semangat yang terus menyala, Munawir bertekad untuk melanjutkan tradisi juara Tombo Ati Stable. Tentu saja dengan warisan Djohar Manik yang menjadi fondasi untuk mencetak juara-juara baru di masa depan.
Install SARGA.CO News
sarga.co