

SARGA.CO - Di balik derap langkah kuda pacu di lintasan, tersimpan proses panjang dan strategi matang yang dimulai bahkan sebelum mereka lahir. Salah satunya adalah proses perkawinan kuda pacu, sebuah tahap penting yang penuh perhitungan dan biaya besar.
Yani Sondakh, seorang horse breeder di Humaira Stable, mengungkap seluk-beluk dunia perkawinan kuda pacu yang selama ini jarang diketahui publik.
SARGA.CO
Menurutnya, birahi pertama sang induk justru bukan waktu ideal untuk kawin. Peternak harus menunggu momen paling subur demi memperbesar peluang pembuahan.
"Kalau langsung dikawinkan dibirahi pertama, 90 persen tidak jadi," jelasnya.
Menariknya, dalam proses perkawinan, beberapa bagian tubuh kuda diikat—bukan tanpa alasan. “Kuda betina sering merasa risih dan bisa menendang saat dikawinkan. Itu berbahaya bagi pejantannya. Jadi kaki induk harus diikat sebagai pengamanan,” kata Yani.
imbuh Yani.
Tak hanya penuh strategi, biaya kawin kuda pacu juga tergolong fantastis. Untuk kuda pacu keturunan KPI (Kuda Pacu Indonesia)—hasil silang antara kuda lokal dan Thoroughbred (kuda pacu impor)—biaya kawinnya bisa mencapai Rp15 juta per kali. Jika pejantannya adalah Thoroughbred impor, biaya bisa jauh lebih mahal.
Tak berhenti di situ, setelah proses perkawinan berhasil dan induk melahirkan, pemilik pejantan wajib mengeluarkan surat kawin—dokumen resmi berisi tanggal dan identitas perkawinan.
Surat ini menjadi syarat untuk mengurus akta kelahiran kuda di Stud Book Indonesia (SBI), sistem pencatatan resmi silsilah dan kelahiran kuda pacuan.
“Ini penting untuk menjaga kualitas dan keaslian bloodline kuda. Semua harus tercatat,” tambah Yani.
Dengan proses yang sedemikian rumit dan penuh disiplin, tak heran jika lahirnya seekor kuda pacuan unggulan dianggap sebuah pencapaian luar biasa. Semua dimulai dari kandang, bukan lintasan.
Di balik nama besar kuda pacu juara, ada kerja keras peternak, strategi perkawinan, dan administrasi yang tak bisa diabaikan.
Install SARGA.CO News
sarga.co