

SARGA.CO - Di balik gemuruh sorak penonton dan dentuman sepatu besi di lintasan pacu, satu pertanyaan menarik muncul: apakah kuda pacu tahu bahwa ia sedang berlomba? Atau, mungkinkah ia hanya sekadar berlari karena disuruh?
Kuda bukanlah mesin yang tinggal dipacu. Ia makhluk hidup yang cerdas, sensitif, dan sangat responsif terhadap lingkungan sekitar. Bahkan, penelitian dan pengalaman para pelatih menunjukkan bahwa kuda bisa membedakan antara latihan biasa dan kompetisi sungguhan.
Beberapa tanda yang kerap terlihat menjelang balapan: detak jantung meningkat meski belum berlari, kuda menjadi lebih waspada dan agresif. Beberapa bahkan "menolak" makan jelang race karena gugup.
Hal ini mengindikasikan adanya tekanan psikologis yang mirip dengan atlet manusia—tekanan yang muncul karena memahami bahwa sesuatu yang penting akan terjadi.
Belajar dari Pengalaman
Kuda belajar dari pengalaman sebelumnya. Jika setiap kali dibawa ke lintasan yang sama ia merasakan suasana ramai, suara speaker, tepuk tangan penonton, dan tekanan dari joki, maka ia mulai memahami pola tersebut sebagai konteks kompetisi.
Tak sedikit pelatih yang mengakui bahwa kuda-kuda tertentu jadi lebih agresif, bersemangat, atau bahkan emosional ketika melihat “lawan lamanya” datang ke lintasan yang sama.
Ikatan antara kuda dan joki juga berperan penting. Kuda bisa membaca bahasa tubuh, emosi, bahkan tekanan genggaman tali kekang dari jokinya. Saat joki mulai tegang, kuda ikut merasakan tekanan. Tapi jika joki tenang dan fokus, kuda juga bisa tampil lebih stabil.
Ikatan antara kuda dan joki juga berperan penting. Kuda bisa membaca bahasa tubuh, emosi, bahkan tekanan genggaman tali kekang dari jokinya. Saat joki mulai tegang, kuda ikut merasakan tekanan. Tapi jika joki tenang dan fokus, kuda juga bisa tampil lebih stabil.
Banyak joki veteran yang menyebut kuda pacu "mengerti" apa yang diminta darinya. Mereka tak hanya berlari, tapi tahu bahwa mereka sedang mengejar sesuatu—kemenangan, tepuk tangan, dan pujian.
Menariknya, setiap kuda pacu punya kepribadian berbeda: Ada yang kompetitif dan tak mau kalah, zda yang pemalas dan harus dipacu lebih keras, ada pula yang cenderung pemalu dan perlu pendekatan halus. Psikologi kuda pacu inilah yang menjadi seni tersendiri dalam pelatihan. Pelatih dan joki harus tahu kapan memberi semangat, kapan menahan, dan kapan melepaskan kontrol.
Lebih dari Sekadar Lari
Jadi, apakah kuda tahu ia sedang bertanding? Jawabannya: ya, secara naluriah dan pengalaman, ia tahu. Ia merasakan suasana berbeda, ia membaca emosi di sekitarnya, dan ia mengenali tekanan lomba—meski mungkin tak memahami arti kemenangan seperti manusia.
Namun, satu hal yang pasti: kuda pacu bukan hanya alat lomba. Ia adalah atlet sejati yang merasakan, berpikir, dan berjuang bersama jokinya di atas lintasan.
Install SARGA.CO News
sarga.co