

SARGA.CO - Mungkin kalian pernah mendengar nama-nama kuda pacu seperti Dhojar Manik, Manik Trisula, King Argentine, atau Queen Thalassa dan bertanya-tanya, dari mana asal nama-nama itu? Ternyata, di balik nama-nama unik dan kadang terdengar asing itu, ada cerita dan aturan tersendiri.
Menurut Danang Yulianto, Sekretaris Komisi Pacu PP PORDASI (Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia), tidak ada aturan teknis yang terlalu ketat dalam penamaan kuda pacu, namun tetap ada kaidah yang perlu diikuti—terutama dalam proses registrasi.
Syarat utama adalah nama kuda tidak boleh sama dengan yang sudah terdaftar. Jika nama yang diinginkan ternyata sudah dipakai oleh kuda lain yang lebih dulu didaftarkan, maka pemilik harus mencari alternatif.
“Misalnya, kalau sudah ada nama MARQUES di register nasional, maka tidak bisa digunakan ulang begitu saja,” jelas Danang. “Tapi bisa dimodifikasi, seperti ditambahkan MARQUES II, MARQUES JR, atau ditambahi nama stable—misalnya MARQUES T.A. atau MARQUES ECLIPSE.”
Alternatif lain yang bisa digunakan adalah menambahkan nama wilayah asal sang kuda atau stabel-nya, seperti MARQUES JATENG atau MARQUES JATIM.
Meski begitu, tak sedikit pemilik kuda yang memilih nama berdasarkan ilham pribadi—bahkan ada yang menyebutnya sebagai “wahyu”. Inilah yang membuat nama-nama kuda pacu di lintasan sering terdengar eksentrik, tidak umum, bahkan membingungkan bagi orang awam.
"Nama kuda pacu itu bisa jadi sangat personal. Pemilik kuda sering kali merasa mendapat inspirasi khusus, jadi namanya pun bisa mencerminkan harapan, karakter kuda, atau sekadar nama yang dianggap membawa keberuntungan," ujar Danang.
Penamaan kuda pacu bukan hanya soal gaya atau selera, nama juga menjadi identitas resmi dalam berbagai kompetisi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Nama ini akan dicatat dalam buku register, diumumkan di lintasan, dan dikenang dalam sejarah jika sang kuda meraih prestasi tinggi, Triple Crown.
Dalam dunia pacuan kuda, nama bukan sekadar identitas. ia menyimpan kisah, doa, bahkan filosofi sang pemilik. Tidak heran jika kita menemukan kuda dengan nama yang terdengar aneh, nyentrik, atau bahkan sangat puitis. Di balik satu nama, tersimpan harapan besar: agar sang kuda tak sekadar berlari, tapi juga menjadi juara.
Berikut detail 18 kelas yang akan dipertandingkan pada Indonesia Derby 2025, 27 Juli mendatang.
Baca SelengkapnyaMenanti sang kuda legenda peraih triple crown.
Baca SelengkapnyaInstall SARGA.CO News
sarga.co