

SARGA.CO - Terapi berkuda atau equine-assisted therapy kian mendapat perhatian global sebagai metode inovatif untuk mendukung kesehatan mental sekaligus memberdayakan penyandang disabilitas. Konsep ini telah sukses diterapkan di negara-negara seperti Jepang dan Malaysia, dan dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia.
Hal ini disampaikan Profesor Ryuhei Sano, Ph.D. dari Hosei University, Jepang, dalam seminar internasional yang digelar Pusat Studi Gender, Anak, Lansia, dan Disabilitas (PSGALD) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), beberapa waktu lalu.
Menurut Sano, Hosei University telah mengembangkan konsep human-horse well-being, sebuah pendekatan inklusif yang memadukan aspek kesehatan, pendidikan, penelitian, dan keadilan sosial. “Prinsip kami sederhana: aktivitas berkuda harus dapat diakses semua orang, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Tujuannya bukan sekadar terapi, tetapi juga membangun martabat dan rasa percaya diri,” ungkapnya.
Keunikan terapi ini terletak pada interaksi langsung dengan kuda, hewan yang dikenal responsif terhadap emosi manusia. Gerakan ritmis alami kuda membantu menstimulasi sistem saraf, meredakan stres, menyeimbangkan emosi, serta memberikan efek menenangkan. Selain itu, aktivitas ini melatih keseimbangan tubuh, koordinasi motorik, dan meningkatkan keberanian dalam bersosialisasi.
Jawaban atas Tantangan Kesehatan Mental
Sano menyoroti kondisi di Jepang, di mana lebih dari separuh penyandang disabilitas menghadapi masalah psikososial, terutama akibat tekanan sosial dan budaya kompetitif yang menuntut kesiapan kerja sejak dini.
“Saya yakin Indonesia menghadapi tantangan serupa, bahkan lebih kompleks karena populasi yang besar. Maka, ruang pemberdayaan disabilitas yang mendukung kesehatan mental dan ekonomi sangat penting,” tegasnya.
Sebagai bentuk nyata, Hosei University membuka peluang kerja bagi penyandang disabilitas di industri kuda, mulai dari perawatan hingga pelatihan. Hal ini membuktikan bahwa terapi berkuda tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga mendorong terciptanya ekosistem ekonomi inklusif.
Dalam kesempatan tersebut, Sano mengajak UMY dan perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi pionir dalam mengembangkan equine-assisted therapy.
“Saya percaya UMY memiliki potensi besar untuk menjadi kampus pertama di Indonesia yang mempelopori kegiatan ini. Dukungan pada kesehatan mental, pemberdayaan disabilitas, dan penguatan identitas lokal akan menjadi pembeda sekaligus kontribusi nyata bagi masyarakat,” tutup Sano.
Kamu bisa menyaksikan kuda jagoan kamu berpacu di lintasan IHR Indonesia Derby 2025 sambil menyeruput kopi favorit
Baca SelengkapnyaEvent akbar IHR Indonesia Derby 2025 akan berlangsung akhir pekan ini. Jangan ketinggalan memesan tiket untuk menjadi saksi lahirnya calon juara baru Triple Crown
Baca SelengkapnyaInstall SARGA.CO News
sarga.co