

SARGA.CO—Pada tahun 1998, Ir. H.M. Munawir mencatat kemenangan pertamanya di kejuaraan nasional pacuan kuda. Saat itu, ia belum memiliki fasilitas peternakan yang memadai, hanya sebuah tempat sederhana yang menjadi saksi awal mula perjalanannya di dunia pacuan kuda.
Dua tahun kemudian, dengan visi yang semakin matang, Munawir memutuskan untuk memindahkan peternakannya ke daerah Tengaran, Kabupaten Semarang. “Di sini hawanya dingin, airnya bagus, topografinya cocok untuk kuda,” ungkapnya.
Menurut Munawir, kondisi tersebut sangat ideal untuk membangun kandang yang layak dan menunjang perkembangan kuda-kuda yang ia rawat. Kemudian, pada tahun 2000, ia mulai serius beternak dan membangun Tombo Ati Stable menjadi pusat pengembangan kuda unggulan di Indonesia.
Tombo Ati Stable kini menjadi rumah bagi lebih dari 40 ekor kuda. Adapun beberapa pejantan impor seperti Leonardo Eclipse dan pejantan lokal unggulan seperti Gagak Lumayung, Ice Man, dan Akulyakin.
Sistem peternakan di Tombo Ati sangat terstruktur, mulai dari proses kawin hingga perawatan anak kuda selama dua tahun pertama. Setelah cukup umur, kuda-kuda tersebut dipindahkan ke kandang pacu yang terletak di belakang tribun lapangan pacuan.
Munawir menjelaskan bahwa pencapaian kuda-kudanya tidak terlepas dari perhatian terhadap kualitas induk dan pejantan. “Untuk mencetak kuda bagus itu gak gampang. Rumus saya, induk yang bagus itu 65%-70% menentukan kualitas anaknya,” jelasnya.
Dengan perhatian pada detail ini, Tombo Ati Stable telah menghasilkan beberapa kuda yang memenangkan berbagai perlombaan pacuan. Di antaranya Lord Montju dan Star Montju yang berasal dari induk Mauria dengan pejantan berbeda dan Djohar Manik.
Selain kuda poni, Munawir juga memfokuskan diri pada pengembangan Thoroughbred, jenis kuda yang kedua orang tuanya murni dari garis Thoroughbred. “Kalau poni itu seperti artis yang bapaknya bule dan ibunya Jawa, tapi Thoroughbred itu bule tulen,” canda Munawir.
Ia juga mendukung pengembangan kelas Thoroughbred Indonesia, yaitu kuda-kuda Thoroughbred yang lahir di dalam negeri. Menurut Munawir, keberadaan kelas ini penting untuk memotivasi peternak lokal agar lebih aktif berpartisipasi dalam dunia pacuan kuda.
“Nanti ada kelas Thoroughbred impor, jadi mereka yang beli kuda dari Australia harus berlomba dengan lawan yang setara. Ini peluang besar untuk mengembangkan Thoroughbred Indonesia,” tambahnya.
Meski potensi bisnis dari pacuan kuda cukup menjanjikan, Munawir menggarisbawahi bahwa keberhasilan dalam beternak kuda memerlukan cinta dan dedikasi. “Orang yang pelihara kuda harus cinta kuda dulu. Gak bisa instan,” tegasnya.
Tantangan seperti perawatan yang teliti dan biaya yang besar sering menjadi hambatan bagi pemula. Namun, Munawir optimis dengan arah baru yang dibawa oleh PP Pordasi di bawah kepemimpinan Aryo Djojohadikusumo.
“Dengan pacuan yang rutin dan hadiah yang memadai, peternak-peternak kecil akan bangkit,” ujarnya. Selain itu, ia juga memuji kemampuan Aryo dalam menarik sponsor dan membuat program-program yang menjanjikan kemajuan bagi komunitas pacuan kuda di Indonesia.
Sebagai salah satu komisi kuda pacu, Munawir berkomitmen untuk mendukung langkah-langkah yang dilakukan Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi). Ia percaya bahwa dengan visi yang jelas dan dukungan dari berbagai pihak, industri pacuan kuda Indonesia dapat berkembang pesat.
“Ini bukan sekadar harapan, tapi janji yang akan ditepati oleh ketua umum,” tegasnya. Tombo Ati Stable, dengan pengalaman dan dedikasi Munawir, terus menjadi bagian penting dari perjalanan ini.
Melalui pengembangan kualitas kuda, pembinaan peternak kecil dan penciptaan program yang berkelanjutan, Tombo Ati Stable tidak hanya mencetak juara di arena pacuan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitas pecinta kuda di seluruh Indonesia.
Munawir percaya bahwa masa depan pacuan kuda Indonesia ada di tangan mereka yang tidak hanya melihat kuda sebagai peluang bisnis, tetapi juga sebagai cinta dan warisan budaya yang harus dijaga.
Install SARGA.CO News
sarga.co