

SARGA.CO - Pacuan kuda adalah olahraga yang mengandalkan kecepatan, kekuatan, dan kerja sama erat antara joki dan kudanya. Tapi di balik tensi tinggi di lintasan, muncul pertanyaan penting soal etika: berapa batasan joki boleh memecut kuda dalam satu perlombaan?
Pertanyaan ini bukan sekadar teknis, tapi menyentuh aspek animal welfare (kesejahteraan hewan) yang kini menjadi perhatian dunia dalam olahraga apa pun yang melibatkan hewan.
Belum Ada Batasan Jumlah Pecut yang Resmi, Tapi…
Menurut Muhammad Danang Eko, Sekretaris Komisi Pacu PP PORDASI (Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia), sejauh ini belum ada batasan teknis yang tertulis secara detail mengenai jumlah maksimal pecutan dalam satu race.
“Memang belum diatur secara eksplisit berapa kali boleh memecut. Tapi intinya jelas: joki dilarang menyakiti kuda, apalagi dengan cara yang membahayakan atau berlebihan,” ujar Danang.
Larangan ini selaras dengan prinsip animal welfare yang menjadi landasan dalam setiap penyelenggaraan pacuan di Indonesia.
Meski tidak ada hitungan pasti seperti “maksimal 5 kali pecut per 100 meter,” namun PORDASI menekankan bahwa joki harus mengutamakan keselamatan dan kenyamanan kuda.
Pecut boleh digunakan dalam konteks memberi dorongan atau komando, bukan untuk memaksa kuda secara brutal.
Wasit pacuan dan panitia pun selalu mengawasi perlombaan untuk memastikan tidak ada tindakan kasar, pemaksaan, atau penggunaan alat bantu di luar ketentuan.
Dunia Internasional Sudah Membatasi
Beberapa negara seperti Inggris dan Australia telah menerapkan batas ketat, misalnya maksimal 5 hingga 7 kali pecutan di bagian terakhir lomba, tergantung jarak dan jenis pacuan.
Indonesia juga sedang mengkaji aturan serupa, terutama dengan meningkatnya perhatian publik pada isu etika dalam olahraga.
Dengan semakin berkembangnya dunia pacuan kuda nasional dan meningkatnya nilai ekonomi seekor kuda pacu (bahkan mencapai puluhan miliar), standar regulasi juga dituntut untuk makin profesional.
Install SARGA.CO News
sarga.co