

SARGA.CO - Di balik sorak-sorai penonton dan kilatan kamera, ada dunia sunyi yang dialami para kuda pacu. Mereka bukan hanya atlet berkecepatan tinggi, tapi juga makhluk dengan emosi dan kebiasaan unik.
Hidup dalam rutinitas latihan ketat dan tekanan kompetisi, kuda pacu bisa mengalami stres yang sering kali tidak disadari pemilik maupun penontonnya.
Penelitian klasik oleh R. M. Miller yang dimuat di Veterinary Clinics of North America: Equine Practice (2001, PMID: 15658182) menyoroti bahwa banyak perilaku “nakal” kuda sebenarnya adalah respons terhadap lingkungan, rasa sakit, atau manajemen yang kurang tepat.
Alih-alih semata-mata masalah disiplin, perilaku ini merupakan sinyal bahwa kuda sedang berusaha berkomunikasi.
Melihat lebih dekat perilaku ini bukan hanya penting untuk kesejahteraan kuda, tetapi juga untuk keselamatan joki dan keberhasilan balapan. Berikut beberapa contoh nyata yang menggambarkan bagaimana perilaku kuda pacu bisa menjadi alarm dini.
Berikut ini beberapa jenis perilaku yang perlu diwaspadai:
Di sebuah kandang pelatihan di Kentucky, seekor kuda pacu muda terus berjalan memutar di dalam kandangnya selama berjam-jam setiap sore. Awalnya dianggap sebagai tanda semangat. Namun dugaan itu meleset.
Perilaku ini ternyata menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan fokus saat latihan. Pemicunya adalah kebosanan dan minim interaksi sosial.
Solusi mengatasi perilaku ini adalah dengan menambah waktu padang rumput, memberi mainan interaktif, dan memvariasikan pola latihan.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan perilaku kuda yang menolak masuk starting gate saat perlombaan. Temuan ini berdasarkan kejadiwan seekor kuda di Australia menolak masuk starting gate, melompat dan menendang petugas.
Pengalaman negatif sebelumnya membuatnya trauma. Akibatnya, jadwal lomba terganggu dan risiko cedera meningkat. Pelatih mengatasinya dengan desensitisasi bertahap dan latihan suara balapan agar kuda terbiasa.
Di arena pacu Jepang, seekor kuda thoroughbred top performer mulai menggigit palang kandang dan mengisap udara (crib-biting). Pakan tinggi konsentrat namun rendah serat memicu perilaku ini. Dampaknya meliputi gigi aus dan gangguan pencernaan.
Untuk mengatasi perilaku ini adalah dengan menambah pakan hay, suplemen pencernaan, dan lebih banyak waktu di padang.
Di beberapa race Eropa, kuda yang biasanya jinak tiba-tiba menyerang joki ketika dipasang pelana. Pemicu utamanya adalah rasa sakit di punggung atau girth (ikat pelana) yang terlalu kencang. Pemeriksaan punggung rutin dan pemanasan lembut terbukti membantu.
Kasus-kasus ini semakin menegaskan temuan Miller bahwa perilaku yang ditunjukkan kuda pacu merupakan bahasa tubuh yang menandakan ketidaknyamanan fisik atau stres mental.
Pemilik dan pelatih perlu memahami tanda-tanda ini untuk mencegah cedera pada kuda dan joki, sekaligus menjaga performa balapan.
Satu pelajaran penting adalah bahwa kuda “berbicara” lewat perilakunya, dan tugas manusia adalah mendengarkan.
Install SARGA.CO News
sarga.co