SARGA.CO – Seekor kuda muda bernama Bramble sempat membuat repot pelatihnya di sebuah arena latihan di Inggris. Setiap kali pintu kandang dibuka, ia menegang dan menolak maju. Upaya menarik tali kekang dengan keras tidak berhasil, justru membuat kuda itu semakin panik.
Perubahan terjadi ketika pelatih lain mencoba pendekatan lebih lembut. Dia memperkenalkan suara bendera dan pintu secara bertahap tanpa paksaan. Beberapa minggu kemudian, Bramble akhirnya mau melangkah tenang dan mengikuti arahan joki.
Kisah seperti ini kerap terjadi di dunia pacuan maupun latihan harian. Banyak kuda terlihat sulit diatur.
Bukan karena “nakal”, kuda-kuda itu sejatinya terkejut oleh suara, cahaya, atau gerakan kecil yang nyaris tak disadari manusia.
Sebuah artikel ilmiah berjudul “Seeing it from a horse’s point of view” karya Marion McCullagh, terbit di Veterinary Record (2018; PubMed ID: 30002182), menjelaskan bahwa perbedaan cara kuda memandang dan mendengar lingkungan memegang peran penting dalam perilaku mereka.
Menurut penelitian tersebut, kuda memiliki bidang penglihatan yang sangat lebar, sehingga gerakan sekecil apa pun di kejauhan akan mereka tangkap.
Pendengaran mereka juga jauh lebih peka dibanding manusia. Suara pintu berderit atau kibasan bendera yang biasa bagi kita bisa terdengar mengancam bagi kuda.
Reaksi melompat, menoleh cepat, atau menolak maju adalah respons alami untuk melindungi diri, bukan tanda perlawanan.
Faktor temperamen turut memengaruhi. Ada kuda yang tetap tenang di tengah keramaian, ada pula yang mudah gelisah.
McCullagh menekankan pentingnya pelatih dan joki memahami karakter masing-masing kuda dan menyesuaikan metode pelatihan. Latihan yang konsisten, lingkungan yang aman, dan pendekatan sabar membantu kuda merasa nyaman dan lebih mudah diarahkan, baik untuk pacuan maupun latihan biasa.
Praktik di lapangan menunjukkan hasil serupa. Kuda yang dipaksa dengan cara keras cenderung semakin sulit dikendalikan.
Sebaliknya, pengenalan stimulus secara perlahan dan pemantauan bahasa tubuh—seperti posisi telinga, mata yang melebar, atau ritme napas—membangun kepercayaan. Ketika rasa aman tercipta, kuda akan lebih kooperatif dan siap bekerja sama.
Kasus Bramble menjadi contoh nyata bagaimana pemahaman terhadap sudut pandang kuda dapat mengubah hasil. Alih-alih mengandalkan kekuatan, pelatih yang peka terhadap ketakutan dan cara pandang hewan justru berhasil menenangkan dan melatih kuda dengan efektif.
Artikel McCullagh menegaskan, keberhasilan kemitraan kuda dan manusia tidak hanya bergantung pada keahlian menunggang, tetapi juga pada empati.
Melihat dunia dari mata kuda berarti mengakui bahwa mereka merespons lingkungan dengan cara berbeda. Memahami hal ini penting bagi siapa pun yang bekerja dengan kuda—dari pelatih, joki, hingga pemilik—agar latihan dan pacuan berjalan aman serta harmonis.
Install SARGA.CO News
sarga.co