

SARGA.CO - Di dunia pacuan kuda Indonesia, nama Djohar Manik bukan sekadar kuda juara, ia adalah legenda. Terakhir kali gelar Triple Crown Indonesia diraih pada 2014, dan hingga kini, bayang-bayang kehebatannya masih melekat kuat di hati para pencinta olahraga berkuda.
Djohar Manik adalah simbol ketangguhan, kecepatan, dan kejernihan insting seekor kuda pacu. Tak heran jika saat kabar kematiannya tersebar pada tahun 2024, suasana duka menyelimuti lintasan-lintasan pacuan di berbagai daerah.
Kisah perpisahan itu dimulai ketika Djohar Manik tengah bunting setelah dikawinkan dengan pejantan bernama Leonardo. Namun pada usia kehamilan enam bulan, ia terserang laminitis, sebuah penyakit serius yang menyerang dan melemahkan kuku kuda. Kondisinya terus memburuk, hingga akhirnya Djohar Manik menghembuskan napas terakhirnya.
Bagi H. Munawir, pemilik Djohar Manik sekaligus owner Tombo Ati Stable di Surakarta, kehilangan ini adalah luka mendalam.
ujar H. Munawir dengan nada penuh makna.
Darah juara itu belum berhenti mengalir. Kini, H. Munawir tengah menyiapkan sang suksesor: seekor kuda muda berusia dua tahun bernama Alkanis.
Alkanis adalah anak dari indukan adik kandung Djohar Manik. Ia masih dalam proses latihan intensif di kandang Tombo Ati Stable, dan rencananya akan memulai debutnya di Kelas Pemula tahun 2026.
ungkap Munawir.
Install SARGA.CO News
sarga.co