SARGA.CO - Lapangan Pacuan Sultan Agung kembali bersiap menjadi saksi derap langkah para kuda tercepat dari seluruh penjuru Nusantara dalam Kejuaraan Pacuan Kuda Piala Raja Hamengku Buwono X, pada Minggu 9 November 2025.
Bukan sekadar ajang olahraga, turnamen yang pertama kali dihelat 2009 ini telah menjadi simbol prestise sekaligus bagian dari sejarah panjang pacuan kuda Indonesia. Piala Raja Hamengku Buwono X melambangkan hubungan erat antara tradisi keraton dan dunia olahraga kuda.
Ajang ini lahir dari semangat untuk mengangkat kembali olahraga tradisional yang dulu sangat populer di berbagai daerah Nusantara, sambil tetap membawa nuansa kebangsawanan khas Yogyakarta. Lapangan Pacuan Sultan Agung pun menjadi arena kehormatan, tempat para joki terbaik dan kuda tercepat dari seluruh Indonesia menguji kecepatan dan strategi.
Mengutip data Komisi Pacu PP PORDASI, selama lebih dari satu dekade, lintasan Sultan Agung telah melahirkan banyak nama besar. Salah satunya adalah Saud, kuda legendaris yang berhasil mencetak tiga kemenangan beruntun di ajang Piala Raja Hamengku Buwono X, rekor yang masih sulit ditandingi hingga kini.
Dalam beberapa tahun terakhir, dominasi berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain. Queen Thalasa sempat menjadi kuda tercepat dua tahun berturut-turut (2022 dan 2023), sementara pada 2024, Naga Sembilan menjadi kuda tercepat yang merebut Piala Raja Hamengku Buwono X.
Pada edisi tahun lalu, Piala Raja Hamengku Buwono X yang mempertandingkan 17 race berhasil didominasi oleh kontingen Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan torehan enam gelar juara. Sementara itu, Jawa Timur (Jatim) menempati posisi kedua dalam perolehan prestasi dengan tiga gelar juara.
Seperti banyak cabang olahraga lainnya, Piala Raja Hamengku Buwono X sempat vakum pada 2020 dan 2021 akibat pandemi COVID-19. Namun semangat komunitas pacuan kuda tak pernah benar-benar padam. Begitu pandemi mereda, perhelatan itu kembali digelar. Membawa kembali energi kompetitif, kebersamaan, dan nostalgia bagi para pencinta kuda pacu.
Di Yogyakarta, pacuan kuda bukan hanya olahraga, tapi juga warisan budaya. Setiap trofi yang diserahkan atas nama Sri Sultan Hamengku Buwono X mengandung makna penghormatan terhadap nilai-nilai sportivitas, kegigihan, dan rasa hormat terhadap tradisi.
Dari kuda yang meliuk di tikungan terakhir, hingga tepuk tangan penonton yang bergemuruh di tribun, setiap detik di Piala Raja Hamengku Buwono X adalah perayaan antara kecepatan dan kebudayaan. Setiap derap langkah kuda, ada kerja keras pelatih, kehangatan persaingan antar-daerah dan kebanggaan yang melintasi generasi.
Install SARGA.CO News
sarga.co