

SARGA.CO—Dalam dunia pacuan kuda yang penuh dengan tantangan, Muhammad Iqbal, pemilik Humaira Stable, memulai langkahnya dengan satu keyakinan: bahwa bisnis kuda sebaiknya tumbuh dari kecintaan yang tulus. Menurutnya, sebelum berbicara soal keuntungan, seseorang harus benar-benar mencintai dunia kuda, bahkan menjadi candu.
Artikel ini akan mengulas bagaimana Muhammad Iqbal dengan hobi dan cintanya pada kuda, akhirnya berkembang menjadi komitmen untuk menjadikan sebagai usaha yang berkelanjutan.
Dalam memetakan bisnis kuda pacu, Iqbal menyusun fondasi usahanya ke dalam bagian-bagian, yaitu, stud farm (studfi), breeding, stabling, manajemen pacu, dan equestrian. Pada tahap awal, ia mulai dengan proses mengawinkan pejantan dengan kuda betina.
Proses mengawinkan kuda menjadi salah satu layanan penting, dengan biaya yang bisa mencapai puluhan juta rupiah tergantung pejantan yang digunakan. “Pejantan-pejantan di Indonesia itu antara 8 juta sampai 25 juta, 50 juta ada, sekali kawin, karena minta darahnya, istilahnya dapat darah juara,” jelas Iqbal.
Breeding menjadi tahap selanjutnya, di mana anak kuda hasil perkawinan dapat dijual atau digunakan sendiri untuk keperluan pacuan. Jika kuda tersebut menang dalam kejuaraan, nilainya pun melonjak drastis.
Di sisi lain, stabling adalah layanan penitipan sekaligus pelatihan kuda, yang kini mulai berkembang pesat terutama di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Meski di Jawa Tengah dominasi pacuan kuda masih lebih tinggi, cabang olahraga equestrian juga perlahan mulai tumbuh.
Tidak berhenti di situ, Iqbal juga mengembangkan bisnisnya ke ranah edukasi. Baginya, kuda tidak hanya dapat dijadikan sarana olahraga, tetapi juga media pembelajaran dan terapi.
Iqbal optimis terhadap prospek dunia pacuan kuda di tahun 2025. Salah satu alasannya adalah kehadiran SARGA.CO, yang menurutnya berhasil membawa angin segar melalui penyusunan jadwal kejuaraan yang lebih rapi dan terstruktur.
Adanya kalender kompetisi yang jelas membuat para pemilik stable dapat mempersiapkan kuda mereka lebih matang dan profesional. Iqbal mengeluhkan adanya kompetisi yang sebelumnya diselenggarakan tanpa ada pemberitahuan yang cukup, namun kini dengan sistem yang lebih tertata, Iqbal mengaku bisnis kuda pun menjadi lebih menarik dan menguntungkan.
Harga kuda pacu pun kian meningkat, bahkan untuk kuda yang baru sekali juara. “Ada yang juara baru 1 kali harganya 800 juta, ada yang kandidat juara harganya 500 juta,” terang Iqbal. Hal ini membuat dunia pacu semakin menarik, tidak hanya dari sisi hobi, tapi juga dari sisi ekonomi.
Namun, harga bukan satu-satunya penentu kesuksesan kuda pacu. Iqbal menekankan bahwa seni dalam dunia pacu terletak pada pemahaman karakter kuda dan kerja sama tim yang solid.
Pelatih, joki, dan groom harus bekerja selaras dalam membaca kondisi dan potensi sang kuda. Karena kuda tidak bisa bicara, maka perilakunya dapat terbaca jika orang-orang di sekitarnya cukup peka.
Bahkan kuda dengan harga yang terjangkau sekalipun dapat menjadi juara jika mendapat pelatihan yang tepat dan pola makan yang terjaga.
Salah satu kisah yang paling berkesan bagi Iqbal adalah Candy, seekor kuda yang ia beli dari petani lokal dengan harga yang terbilang rendah, namun berhasil menyabet posisi juara 2 dalam kejuaraan pacuan kuda di Bantul, Yogyakarta, 2024 lalu.
“Sudah saya buktikan di Bantul itu juara 2, itu namanya Candy, sekarang diganti sama pemiliknya namanya Kabisat,” ceritanya. Pengalaman ini menjadi bukti bahwa keajaiban dalam pacuan tidak selalu bergantung pada uang, tapi pada sinergi antara kuda dan tim yang merawatnya.
Selain berfokus pada pacuan, Humaira Stable juga memperluas cakupan usahanya ke berbagai lini lain seperti wisata berkuda, sewa kuda untuk prewedding, serta edukasi dan kunjungan sekolah. Iqbal menyebut bahwa banyak pesantren dan sekolah kini mulai memasukkan aktivitas berkuda dalam kurikulum mereka. “Kuda itu hewan yang istimewa lah kalau di Islam itu,” tuturnya.
Menurut Iqbal, keuntungan dalam bisnis di Humaira justru banyak datang dari usaha-usaha tersebut, namun konsisten. Bahkan dalam satu bulan, dengan rata-rata penjualan dua hingga tiga ekor kuda, Humaira mampu mencetak pendapatan ratusan juta hingga miliaran rupiah, tergantung dari jenis dan tujuan kudanya.
Dengan lebih dari 14 ekor kuda yang dikelola, termasuk anak-anak dari pejantan unggul seperti Cluster, Humaira mampu meraih omzet bulanan yang signifikan. “Kalau bulan ini kurang lebih ada sekitar 14 ekor. Ya miliaran dapatnya, kalau per bulan ya dua ekor, tiga ekor, bisa ratusan juta,” kata Iqbal.
Iqbal mengajak para calon pemilik kuda untuk mengunjungi Humaira Stable, melihat langsung silsilah kuda-kuda di sana, dan mencintai dunia ini dari hati. Menurutnya, jika seseorang terjun ke dunia kuda tanpa cinta, maka mengeluarkan uang pun akan terasa berat.
Ia juga memberikan sedikit tips untuk para calon owner yang ingin memulai, langkah awal yang dapat diambil adalah mencari pendamping berpengalaman, baik pelatih maupun joki. Namun, keputusan terakhir tetap harus datang dari hati. “Kalau mau beli, yang menentukan harus owner. Owner yang harus suka dulu,” tegasnya.
Bagi Iqbal, di balik bisnis yang menguntungkan ini, ada emosi, dedikasi, dan cinta yang tidak ternilai. Jika sudah cinta, maka semua proses—dari merawat hingga melihat kuda bertanding—akan menjadi sebuah seni dan kebahagiaan tersendiri.
“Cintai dulu, hobi dulu, karena kalau sudah candu, kuda itu akan terasa seperti anak sendiri,” tutup Iqbal.
Dalam dua tahun ke depan, Iqbal memiliki ambisi untuk menjadikan Humaira Stable sebagai peternak kuda pacu dan kuda tunggang yang sukses dan berprestasi. Ia ingin memastikan bahwa anak-anak dari Cluster terus menorehkan prestasi, sekaligus menjaga hubungan baik dengan komunitas dan para senior di dunia pacu.
Harapan Iqbal untuk industri kuda pacu Indonesia pun tidak main-main. Ia menginginkan ekosistem yang sehat dan saling mendukung, di mana komunitas, senior, dan lembaga seperti SARGA.CO bergerak bersama untuk membesarkan olahraga ini hingga mendunia.
Dengan semangat dan visi yang kuat, Humaira Stable bukan sekadar bisnis, melainkan gambaran nyata bagaimana hobi, cinta, dan konsistensi bisa menjadi pondasi bagi sebuah usaha yang berdampak. Dunia pacu mungkin tampak asing bagi sebagian orang, tapi bagi Muhammad Iqbal dan Humaira Stable, di situlah mereka menemukan makna.
Install SARGA.CO News
sarga.co