

SARGA.CO - Bagi masyarakat Sumatera Barat, pacuan kuda bukan sekadar olahraga, ini adalah warisan budaya, tradisi nagari, bahkan bagian dari identitas. Tak heran jika Sumbar menjadi salah satu daerah di Indonesia yang konsisten merawat semangat olahraga ini.
Menariknya, beberapa gelanggang pacuan kuda di Sumatera Barat dibangun sejak era kolonial Belanda, dan masih aktif digunakan hingga hari ini. Setiap gelanggang menyimpan cerita sejarah dan semangat masyarakat lokal yang tak pernah padam.
Berikut 7 gelanggang pacuan kuda legendaris di Sumatera Barat, mulai dari yang berusia ratusan tahun hingga yang kini menjadi ikon wisata olahraga, dikutip dari laman Harianhaluan.com:
1. Gelanggang Bancah Laweh, Padang Panjang
Dibangun: 1888 | Panjang lintasan: 900 meter
Inilah salah satu gelanggang pacuan kuda tertua di Indonesia. Terletak di Koto Panjang, Padang Panjang Timur, Gelanggang Bancah Laweh masih digunakan untuk event pacuan tahunan seperti Alek Nagari Pacu Kudo.
Gelanggang ini juga pernah menjadi lokasi syuting film legendaris Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Buya Hamka. Sebuah simbol ikonik perpaduan budaya dan seni.
2. Gelanggang Bukit Ambacang, Bukittinggi – Agam
Dibangun: 1889 | Panjang lintasan: 800 meter
Terletak strategis di perbatasan Bukittinggi dan Agam, gelanggang ini menjadi tuan rumah bagi berbagai kejuaraan kuda sejak akhir abad ke-19. Usianya yang lebih dari satu abad tak mengurangi semangat kompetisi yang berlangsung di lintasannya.
3. Gelanggang Kubu Gadang, Payakumbuh
Dibangun: 1906 | Panjang lintasan: 900 meter
Berlokasi di Kubu Gadang, Payakumbuh Utara, Gelanggang Kubu Gadang masih aktif hingga kini. Salah satu event bergengsi yang pernah digelar di sini adalah Payakumbuh Open Race Walikota Cup 2022, yang diikuti oleh 50 kuda dari berbagai stable.
4. Gelanggang Dang Tuanku Bukit Gombak, Batusangkar
Dibangun: 1913 | Panjang lintasan: 800 meter
Gelanggang ini sempat akan berganti nama menjadi Gelanggang Dang Tuanku Batusangkar, namun ditolak oleh para ninik mamak dan tokoh adat setempat. Lokasinya di jantung Tanah Datar membuat gelanggang ini penting sebagai simbol kebudayaan dan olahraga
5. Gelanggang Kandi, Sawahlunto
Dibangun: Pasca kemerdekaan | Panjang lintasan: 1.400 meter
Dengan lintasan terpanjang di Sumatera Barat, Gelanggang Kandi menjadi andalan kota tambang Sawahlunto. Terletak di kawasan wisata Kandi, dekat taman satwa, arena ini rutin menggelar pacuan tahunan dan pernah dipercaya sebagai tuan rumah Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda Seri I dan II pada tahun 2023.
6. Gelanggang Ampang Kualo, Solok
Dibangun: 1957 | Panjang lintasan: 800 meter
Gelanggang yang dibangun setelah Indonesia merdeka ini berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Meskipun tak sepopuler nama-nama lainnya, Ampang Kualo tetap eksis dan menjadi bagian dari kalender tahunan lomba pacuan kuda di Sumbar.
7. Gelanggang Duku Banyak, Padang Pariaman
Dibangun: 1970 | Panjang lintasan: 900 meter
Berada di Nagari Balah Aie, Sungai Sarik, gelanggang ini kini tinggal kenangan. Dulu aktif menyemarakkan pacuan kuda di Padang Pariaman, namun kini sudah lama tidak difungsikan lagi. Meski begitu, jejak sejarahnya tetap lekat di hati masyarakat sekitar.
Pacuan kuda di Sumatera Barat bukan sekadar olahraga, ini adalah manifestasi dari budaya lokal, kebanggaan nagari, dan sarana hiburan rakyat sejak ratusan tahun lalu. Setiap gelanggang punya kisah, dan setiap pacuan menyatukan masyarakat dari berbagai penjuru.
Tak hanya para joki dan kuda, tetapi semangat kolektif masyarakat Minangkabau menjadikan pacuan kuda tetap hidup, lestari, dan membahana dari generasi ke generasi.
Install SARGA.CO News
sarga.co