SARGA.CO - Di lintasan balap, Ferdinand dikenal sebagai simbol ketenangan dan keteguhan hati. Tubuhnya berwarna chestnut mengilap, dengan mata lembut namun penuh tekad, ciri khas kuda yang tahu apa itu kemenangan. Namun di balik kejayaannya yang gemilang di tahun 1980-an, kisah Ferdinand berakhir dengan cara yang memilukan, membuat dunia pacuan kuda merenung tentang arti sejati “legenda”.
Awal yang Tenang, Karier yang Meledak
Ferdinand lahir pada 12 Maret 1983 dari garis keturunan juara, ayahnya Nijinsky II, pemenang Triple Crown Inggris, dan ibunya Banja Luka. Ia dilatih oleh pelatih legendaris Charlie Whittingham, dan dimiliki oleh Elizabeth A. Keck, istri dari taipan California, William R. Keck.
Meski awal kariernya tidak terlalu mencolok, Ferdinand menunjukkan karakter luar biasa: tidak meledak-ledak, tapi konsisten dan sabar. Sifat itu yang kemudian membawanya ke puncak pada Kentucky Derby 1986, Ferdinand secara mengejutkan menyalip para favorit dan meraih kemenangan luar biasa di bawah joki Bill Shoemaker yang berusia 54 tahun kala itu. Kemenangan itu menjadi salah satu momen paling emosional dalam sejarah Kentucky Derby.
Puncak karier Ferdinand datang pada Breeders’ Cup Classic 1987. Di balapan itu, ia bertarung sengit dengan rival abadinya, Alysheba, dalam duel epik yang disebut sebagai salah satu “photo finish” paling dramatis dalam sejarah pacuan kuda Amerika. Ferdinand menang hanya dengan jarak sekepala dan gelar Horse of the Year 1987 pun resmi menjadi miliknya.
Setelah pensiun, Ferdinand dikirim untuk menjadi pejantan di Kentucky, lalu dijual ke Jepang pada awal 1990-an untuk karier breeding. Sayangnya, nasib berkata lain. Karena tidak menghasilkan keturunan yang sukses di lintasan, Ferdinand dianggap tidak lagi menguntungkan.
Pada tahun 2002, dunia dikejutkan oleh kabar bahwa sang juara Derby dan Breeders’ Cup ini kemungkinan besar telah disembelih di rumah jagal Jepang.
Kabar itu memicu gelombang kesedihan dan kemarahan di seluruh dunia pacuan kuda. Banyak yang menyesalkan bahwa seekor juara sejati, yang telah memberi begitu banyak kegembiraan, berakhir tanpa penghormatan yang layak. Sejak saat itu, muncul gerakan besar untuk melindungi kuda-kuda pensiunan, dikenal sebagai “The Ferdinand Fee”, yaitu program donasi dari peternak dan pemilik untuk menjamin masa tua kuda pacu.
Warisan yang Tak Pernah Pudar
Meski jasadnya tak lagi diketahui, nama Ferdinand tetap hidup sebagai simbol kasih dan tanggung jawab manusia terhadap hewan-hewan yang telah memberi segalanya di lintasan. Ia bukan hanya pemenang Kentucky Derby atau Breeders’ Cup, tapi pemenang hati banyak orang.
(Berbagai sumber)
Install SARGA.CO News
sarga.co