

SARGA.CO—Banyak orang mengenal kuda hanya sebagai hewan peliharaan atau bagian dari wisata berkuda. Namun, bagi Muhammad Iqbal, owner Humaira Stable, kuda bukan sekadar hobi—mereka adalah candu, passion, dan jalan menuju prestasi.
Dari awal yang sederhana hingga menjadi salah satu stable pacuan kuda yang profesional, inilah kisah perjalanan Humaira Stable, yang bertempat di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
Sepuluh tahun lalu, Iqbal mulai mengenal dunia kuda. Saat itu, kuda hanya sebatas kegemaran, tanpa ada pemikiran serius untuk terjun lebih dalam di dunia kuda.
Namun, segalanya mulai berubah saat pandemi tahun 2020. Ia memulai perjalanannya di dunia kuda dengan memiliki beberapa ekor kuda di tempat wisata yang ia dirikan di Bawen, Kecamatan Semarang. Awalnya, tujuan utamanya hanyalah untuk merasakan pengalaman berkuda.
Yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan, Iqbal mulai mencintai dunia kuda dan berkembang menjadi candu.
Setiap kali ia membeli satu kuda, selalu muncul keinginan untuk membeli lagi kuda-kuda yang lain. Dari empat ekor kuda, terus bertambah menjadi delapan, dua belas, hingga enam belas.
Sejak saat itu, Iqbal mulai beralih dari sekadar tempat wisata, menjadi stable yang berfokus pada breeding, yaitu fokus pada pembiakan dan peternakan kuda, tempat untuk para kuda jantan dan betina yang dipelihara untuk dikawinkan.
Sebelum terjun ke dunia pacuan, Humaira Stable lebih dikenal sebagai fasilitas olahraga yang mencakup arena futsal dan billiard, namun, gairah terhadap kuda membawa Iqbal ke arah yang berbeda. Ia mulai beralih fokus pada equestrian, membangun paddock, lapangan untuk latihan jumping dan dressage, bahkan menjadi tempat pelatihan berkuda bagi anak-anak.
Perubahan besar, akhirnya terjadi saat Iqbal bertemu dengan seorang joki senior di pacuan kuda, Yani Sondakh. Iqbal mengagumi Yani sebagai orang yang sudah memiliki pengetahuan dan segudang pengalaman di pacuan kuda.
Di samping kekagumannya, keingintahuan dan cinta pada kuda, mendorong Iqbal untuk mengajak Yani bergabung menjadi bagian dari Humaira Stable.
Namun, Yani memiliki syarat utama, “Syarat utama Om Yani bergabung adalah harus menjadi bagian dari dunia pacuan,” ungkap Iqbal. Syarat tersebut akhirnya dipenuhi oleh Iqbal.
Dengan pengalaman panjang sebagai joki senior, Yani akhirnya berhasil membawa Humaira Stable memasuki dunia pacuan kuda. Hasilnya tidak mengecewakan—dalam tiga kali kompetisi, Humaira Stable sudah meraih podium, termasuk posisi juara dua dan tiga.
Iqbal semakin memahami bahwa untuk mengembangkan stablenya, dibutuhkan sistem yang lebih terstruktur. Maka lahirlah konsep manajemen pacu, sebuah strategi yang ia ciptakan untuk memberikan layanan terbaik bagi para pemilik kuda pacu yang ingin bekerja sama dengan Humaira Stable.
Manajemen pacu Humaira dirancang untuk memastikan bahwa setiap kuda mendapatkan perlakuan yang sama, dari makanan, latihan, hingga perawatan kesehatan. “Saya tidak mau Om Yani atau tim memiliki beberapa kuda dari stable lain yang dilatih secara bersamaan. Itu bisa memicu pertanyaan dari owner lain: ‘Kenapa kuda yang satu menang, yang lainnya kalah?’ Untuk menghindari konflik seperti itu, semua kuda yang dilatih di Humaira harus berada dalam satu manajemen pacu,” jelas Iqbal.
Konsep ini memungkinkan para pemilik kuda hanya perlu membayar biaya bulanan, sementara seluruh perawatan, pakan, vitamin, dan latihan ditangani oleh tim professional dari Humaira Stable. Dengan sistem ini, pemilik kuda tak perlu pusing memikirkan perawatan sehari-hari dan bisa fokus pada hasil terbaik di arena pacuan.
Kini, Humaira Stable memiliki kandang khusus kuda pacu di Salatiga. Di sana terdapat 16 kuda pacu yang dipersiapkan untuk berbagai kejuaraan, di antaranya berasal dari Manado, Sulawesi Utara, daerah yang terkenal menghasilkan kuda-kuda dengan mental juara.
Tak hanya melatih kuda milik sendiri, Humaira Stable juga membuka layanan penitipan dan pelatihan untuk pemilik kuda lain. “Jadi, bukan cuma kuda milik Humaira, tetapi juga kuda-kuda dari pemilik lain yang ingin dititipkan untuk dilatih dan dipersiapkan untuk pacuan,” ujar Iqbal.
Dari sekian banyak kuda di Humaira, ada satu kuda pacu yang menjadi legenda—Cluster. Kuda pacu ini pernah menjuarai kejuaraan pacuan di Australia, dan kini menjadi pejantan unggulan di Humaira Stable.
Ia merupakan keturunan dari pejantan Fastnet Rock dan Induk Tarcoola Diamond. Kehebatan Cluster diturunkan dari ayahnya, Fastnet Rock, kuda juara sprinter pada tahun 2005 dan dua kali menjadi pejantan nomor 1 di Australia 2012 dan 2015.
Saat di Australia, Cluster pernah memenangkan beberapa pacuan, di antaranya adalah juara 1 di kejuaraan Its Members Race Day Mdn Plate jarak 1.200 M, juara 1 Forum Grup (Bm80) jarak 1.200 M, juara 2 San Domenico Stakes Gr. 2 jarak 1.600 M, juara 1 Theo Marks Stakes Gr. 2 jarak 1.400 M dan juara Hyland Race Colours (Bm85) jarak 1.200 M.
“Cluster ini sudah lama jadi pejantan, makanya sifatnya lebih tenang dibanding kuda lainnya yang masih liar saat kawin. Sekarang tinggal kita buktikan anak-anak Cluster bisa jadi juara di Indonesia,” kata Iqbal dengan optimis.
Dengan segala pencapaiannya, Humaira Stable tidak berhenti di sini. Dalam waktu dekat, Iqbal dan tim Humaira Stable berencana memperluas fasilitas, termasuk membangun kandang tambahan untuk meningkatkan kapasitas pelatihan.
Langkah ini semakin memperkuat posisi Humaira sebagai stable pacuan kuda yang profesional. Dengan kombinasi passion, manajemen yang solid, dan kerja keras, Humaira Stable siap mengukir sejarah baru di lintasan pacu.
Install SARGA.CO News
sarga.co