

SARGA.CO - Satu dekade sejak membuat sejarah sebagai juara Triple Crown, American Pharoah kini menikmati hari-harinya sebagai pejantan elit di Ashford Stud milik Coolmore America, Kentucky.
Dari hiruk-pikuk arena pacuan, sang legenda kini menjalani kehidupan pedesaan yang jauh lebih tenang sambil menikmati tumpukan wortel!
“Sepertinya tagihan wortel kami naik drastis,” ujar Adrian Mansergh Wallace, staf bagian penjualan Coolmore sambil tertawa.
American Pharoah tak hanya disayang staf, tapi juga jadi daya tarik utama bagi ribuan pengunjung yang datang dari 50 negara bagian AS dan sejumlah negara lain. Tiket ulang tahunnya yang dijual ke publik pada Februari lalu, sebanyak 15 lembar, habis dalam waktu 53 detik saja!
Tahun 2015, American Pharoah menggebrak dunia pacuan dengan meraih Triple Crown: Kentucky Derby, Preakness Stakes, dan Belmont Stakes, menjadi kuda pertama yang meraihnya sejak Affirmed pada 1978.
“Penantian selama 37 tahun telah berakhir! American Pharoah akhirnya menjadi yang terbaik," seru komentator Larry Collmus saat American Pharoah menembus garis finis di Belmont.
Setelah memenangkan Breeders’ Cup Classic di akhir 2015, American Pharoah pensiun dari lintasan dengan rekor 9 kemenangan dari 11 balapan dan total hadiah lebih dari USD8,6 juta.
Coolmore membeli hak pembiakan American Pharoah dari pemiliknya, Ahmed Zayat, seharga sekitar USD23,5 juta. Sejak 2016, ia resmi memulai karier sebagai pejantan. Anaknya mulai berlaga pada 2019 dan telah menghasilkan sembilan pemenang balapan Grade 1, termasuk Harvey’s Lil Goil dan Café Pharoah.
Uniknya, banyak keturunan American Pharoah menunjukkan bakat luar biasa di lintasan rumput, padahal sang ayah dikenal sebagai spesialis lintasan tanah.
"Kami awalnya mengira dia akan jadi pejantan klasik Amerika untuk lintasan tanah. Tapi ternyata dia juga menghasilkan juara lintasan rumput,” kata Wallace.
Kini berusia 13 tahun, American Pharoah tinggal di peternakan seluas 2.000 hektare. Ia menempati kandang bergaya kayu klasik bersama empat kuda elite lainnya: Justify (juara Triple Crown 2018), Epicenter, Golden Pal, dan Mendelssohn.
Meskipun telah menjadi legenda, American Pharoah tetap memiliki sifat lembut dan ramah, membuatnya sangat disayangi oleh staf dan penggemar.
“Dia tetap sama lembutnya seperti saat dulu Bob Baffert dan Ahmed Zayat tidur di kandangnya,” ujar Wallace, merujuk pada momen ikonik sang kuda bersama pelatih dan pemiliknya.
Sifat itu bahkan menurun ke anak-anaknya.
“Kebanyakan anak-anaknya punya sifat tenang dan fisik mirip dia. Itulah yang membuat keturunan American Pharoah spesial.”
Tahun ini, American Pharoah akan mengawini 140-150 kuda betina, dengan tarif pemacekkan sebesar USD45.000 (sekitar Rp700 juta) per kuda.
Jumlah itu bisa melonjak jika salah satu anaknya—Publisher atau Luxor Café—memenangkan Kentucky Derby 2025, yang menjadi ajang pertama di mana keturunannya ikut serta.
“Bagi seekor pejantan, melahirkan juara Kentucky Derby adalah pencapaian tertinggi,” kata Wallace.
Dua kuda sebelumnya, betina.
Baca SelengkapnyaInstall SARGA.CO News
sarga.co