

SARGA.CO - Belasan ilmuwan berhasil mengungkap pola migrasi kuda antara Amerika Utara dan Eurasia selama akhir zaman pleistosen. Hal ini terungkap dari penelitian mendalam terhadap puluhan fosil kuda purba.
Dikutip SARGA News dari laman Discovermagazine.com, temuan ini dilaporkan dalam sebuah jurnal Science oleh tim internasional berisi 18 ilmuwan.
Ketika bumi semakin memanas dan sejumlah daratan tertutup air, migrasi antar benua tersebut menghentikan pergerakan kuda hingga menyebabkan berkurangnya populasi di Amerika Utara dan dan perubahan pola daratan.
Tim ilmuwan memanfaatkan pengetahuan tentang suku dari peristiwa di sekitar lokasi penelitian serta perangkat ilmiah mutakhir. Studi tersebut memberikan gambaran sekilas tentang sejarah kuda di dua benua serta cara untuk memikirkan konservasi di masa mendatang.
Diketahui kuda yang hidup bebas di alam liar cenderung merumput dengan pola kelopak bunga di sekitar sumber air. Ketika makanan habis, kawanan kuda itu berpindah ke area lain dan mengulangi proses tersebut.
Sepanjang perjalanan, perilaku kawanan kuda tersebut menyuburkan tanah. Kotoran kuda sering kali mengandung benih yang menarik perhatian serangga dan akhirnya tumbuh menjadi tanaman. Ketika kuda menghilang dari suatu area, proses ini berhenti.
“Dengan cara ini, kuda tidak hanya merespons perubahan, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan itu sendiri,” kata Yvette Running Horse Collin, anggota Suku Lakota, ilmuwan di Universitas Toulouse, Prancis, dan penulis makalah tersebut.
Dari temuan tersebut, Colin menyakini perilaku yang sama juga terjadi pada kuda-kuda masa kini. Kawanan kuda akan bergerak dalam jarak yang jauh sebagai respons terhadap perubahan lingkungan.
"Dengan demikian, mereka memberikan layanan yang luar biasa bagi semua makhluk hidup. Ke mana pun kuda pergi, kehidupan lain akan mengikutinya.”
Kuda telah menjadi agen sekaligus objek perubahan selama 50 ribu tahun terakhir. Tim ilmuwan menganalisis genom dari 67 fosil kuda purba yang ditemukan di Beringia, Siberia, dan benua Amerika.
Tim juga menentukan umur kuda menggunakan radiotop dan isotop lalu membandingkan data tersebut dengan semua harus keturunan yang diketahui.
Studi ini mengungkap keragaman genetik kuda yang lebih luas selama periode Pleistosen akhir daripada yang dilihat saat ini, serta migrasi lintas benua dua arah yang panjang.
Salah satu contohnya adalah beberapa garis keturunan yang ditemukan pada fosil Siberia dan Iberia menunjukkan jejak genetik kuda Amerika Utara.
Tak hanya itu, studi ini menunjukkan bahwa tertutupnya penghubung antarbenua tidak hanya memengaruhi populasi kuda di Amerika Utara, tetapi efek pemanasan lainnya juga berdampak.
Saat era bergeser dari Pleistosen ke Holosen, padang rumput berubah menjadi tundra basah dan berawa yang tidak cocok untuk merumput bagi kuda dan sulit bagi mereka untuk bepergian.
"Agar upaya konservasi untuk kuda berhasil, Anda juga harus melakukan upaya konservasi yang berhasil untuk bentuk kehidupan lainnya," kata Collin.
Install SARGA.CO News
sarga.co