

SARGA.CO - Di tengah hamparan hijau Kabupaten Semarang dan latar panorama Gunung Merbabu, berdiri sebuah gelanggang yang tak hanya menyimpan jejak sejarah, tapi juga menjadi simbol kejayaan olahraga tradisional Indonesia: Gelanggang Pacuan Kuda Tegalwaton.
Bukan sekadar arena pacuan, Tegalwaton adalah saksi bisu perjalanan panjang olahraga berkuda di Indonesia, khususnya pacuan kuda, yang memiliki akar kuat dalam tradisi dan budaya lokal.
Pacuan Kuda Tegalwaton sudah dikenal sejak era sebelum kemerdekaan, ketika olahraga berkuda menjadi hiburan sekaligus ajang prestise bagi kalangan bangsawan dan elit lokal.
Berlokasi strategis di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Tegalwaton mulai berkembang pesat pada era 1960-an hingga 1980-an sebagai salah satu pusat kegiatan pacuan kuda terbesar di Indonesia.
Gelanggang ini kemudian menjadi bagian penting dalam kalender pacuan nasional, bahkan masuk dalam sirkuit ajang-ajang besar seperti Kejuaraan Nasional dan Triple Crown Indonesia.
Tegalwaton tak hanya dikenal sebagai tempat bertanding, tetapi juga sebagai pusat pelatihan dan pembibitan kuda pacu unggulan. Banyak kuda jawara dan joki-joki berbakat yang lahir dari lintasan Tegalwaton.
Lingkungan alamnya yang sejuk dan arena yang luas membuat tempat ini ideal sebagai kandang dan tempat latihan bagi para pemilik kuda dari berbagai daerah.
Lapangan ini letaknya di tengah-tengah desa, tepatnya di Jalan Letjen Soemitro, Boto, Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Kendati terletak di desa, arena pacuan kuda Tegalwaton sangat luas dan terawat seperti arena lain di kota-kota besar.
Fasilitasnya juga tidak kalah lengkap. Arena dilengkapi dengan tribun penonton dan stand-stand bagi penjual. Bahkan, di sana ada rumah-rumah kecil untuk merawat kuda.
Arena pacuan kuda ini juga sudah memenuhi standar nasional. Luas arenanya kurang lebih 13,5 hektar. Sementara panjang lintasan 1,2 km dengan lebar 15 meter. Adapun lintasan pacuan berupa pasir yang membuat kuda-kuda tidak mudah cedera.
Kalau tidak digunakan sebagai lokasi kompetisi, joki-joki menggembalakan kuda di arena ini tiap pagi dan sore hari. Warga diperbolehkan menonton para joki menggembalakan kuda, dan tidak dipungut biaya. Tarif hanya diberlakukan ketika ada kompetisi saja.
(Berbagai sumber)
Berikut detail 18 kelas yang akan dipertandingkan pada Indonesia Derby 2025, 27 Juli mendatang.
Baca SelengkapnyaMenanti sang kuda legenda peraih triple crown.
Baca SelengkapnyaInstall SARGA.CO News
sarga.co