

SARGA.CO - Pacuan kuda di Indonesia memiliki sejarah panjang yang penuh prestasi dan drama. Derby Indonesia, ajang paling prestisius dalam dunia pacuan kuda Tanah Air, telah melahirkan puluhan kuda dan joki legendaris sejak pertama kali digelar pada tahun 1974.
Dari PRIAM (Sulut) yang mengukir kemenangan perdana, hingga Rapid Dash (Jabar) yang meraih takhta pada tahun 2024, ajang ini menjadi saksi lahirnya bintang-bintang baru di lintasan pacuan.
Era Awal (1974–1980): Dominasi Jakarta dan Sulut
Tahun 1974, kuda PRIAM dari Sulawesi Utara, dengan joki Maxi Singal, menjadi pemenang pertama dalam sejarah Derby Indonesia. Namun, hanya setahun kemudian, dominasi Jakarta mulai terlihat. Nama-nama seperti Valencia (1975), Cempaka (1976), dan Bayu Kartika (1977) membawa Jakarta ke puncak kejayaan.
Pada akhir dekade 1970-an, kuda Mystere (1978) dari Jawa Barat dan Trisoela (1979) kembali menghangatkan persaingan antar-daerah.
1980–1990: Lahirnya Kuda-Kuda Legendaris
Dekade 1980-an menjadi saksi ketatnya persaingan antara Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara. Nama besar seperti Ken Ayu (Jabar, 1980), Pejoang (Jakarta, 1981), dan Leonardo (Jakarta, 1982) memperkuat posisi Jakarta sebagai kekuatan utama.
Tahun 1985, kuda Liberty (Jabar) mencatat sejarah sebagai salah satu kuda pacu paling tangguh di masanya.
Puncaknya, pada 1986, Putra Sulut mengembalikan kejayaan Sulawesi Utara, sebelum Galigo (Sumbar, 1988) dan Big Ben (Sumbar, 1990) memperkenalkan Sumatera Barat sebagai kekuatan baru.
1990–2000: Era Kejayaan Sumbar dan Jabar
Memasuki 1990-an, persaingan semakin meluas. Mulawarman (Jatim, 1991) mencatat sejarah sebagai juara pertama dari Jawa Timur. Jakarta juga mempertahankan reputasinya melalui Ratu Adria (1992) dan Robin Hood (1994).
Namun, dekade ini juga menandai kebangkitan Sumatera Barat dengan kuda seperti Permata Rajawali (1998) dan Manik Trusila (2002). Sementara Jawa Barat terus melahirkan kuda juara seperti Lucky Strike (1995) dan Nefertiti (1999).
2000–2010: Ekspansi Daerah dan Nama Baru
Era 2000-an menghadirkan juara dari berbagai provinsi. Indon (Jateng, 2000) membuka dekade baru dengan kemenangan dramatis. Exotica (Jatim, 2006) dan Brave Heart (Sulut, 2007) menunjukkan bahwa kuda pacu terbaik kini datang dari berbagai penjuru Nusantara.
Di akhir dekade ini, Messa (Jabar, 2009) menjadi simbol kejayaan Jawa Barat, yang konsisten melahirkan kuda pacu unggulan.
2010–2024: Derby Modern dan Generasi Juara Baru
Tahun 2010-an hingga 2024 menandai era pacuan kuda modern di Indonesia, dengan persaingan yang semakin sengit. Cahaya Nagari (Sumbar, 2010), Red Silenos (Malut, 2013), dan Beauty Eagling (Jatim, 2015) menunjukkan betapa luasnya peta kekuatan.
Sejak 2017, nama J. Runtu muncul sebagai joki fenomenal, membawa Kamang Chrome (Sumbar, 2017), Lady Aria (Jabar, 2018), Lady Jay (Jabar, 2021), hingga Rapid Dash (Jabar, 2024) ke podium juara.
Jakarta pun mencatatkan kemenangan prestisius melalui Bintang Maja (2023), membuktikan bahwa kota ini tetap menjadi salah satu pilar pacuan kuda Indonesia.
50 Tahun, 50 Juara, Ribuan Kisah
Selama setengah abad, Derby Indonesia telah menjadi panggung cerita heroik para joki dan kuda pacu. Dari lintasan yang penuh tantangan, lahirlah kisah tentang kerja keras, strategi, dan kemitraan antara manusia dan hewan.
Ajang IHR-Indonesia Derby 2025 yang akan datang diharapkan menjadi babak baru dalam sejarah panjang ini, dengan munculnya juara baru yang akan menorehkan namanya di daftar legendaris ini.
Menandai komitmen perusahaan energi nasional tersebut dalam mendorong pengembangan olahraga berkuda di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaDua kuda sebelumnya, betina.
Baca SelengkapnyaInstall SARGA.CO News
sarga.co