

SARGA.CO - Dalam setiap gemuruh pacuan kuda yang memacu adrenalin, sorotan sering tertuju pada kuda-kuda tangguh yang melesat di lintasan. Namun, di balik kecepatan dan ketangguhan itu, ada sosok yang tak kalah penting—sang joki.
Mereka bukan hanya penunggang biasa, melainkan atlet profesional dengan keahlian khusus yang menentukan kemenangan di garis akhir.
Menjadi joki bukan sekadar duduk di atas pelana. Seorang joki harus memiliki kombinasi antara kekuatan fisik, kecerdasan taktis, dan koneksi emosional dengan kuda. Dalam hitungan detik, mereka harus bisa membaca situasi lintasan, mengatur tempo lari, hingga memilih momen yang tepat untuk memacu kecepatan maksimum.
Kebanyakan joki dituntut memiliki berat badan tertentu, umumnya tidak lebih dari 55 kg, agar tidak membebani kuda. Untuk menjaga itu, mereka menjalani disiplin diet dan latihan yang ketat. Meski kecil secara ukuran tubuh, joki memiliki daya tahan luar biasa, karena mereka harus menjaga keseimbangan saat berpacu dengan kecepatan tinggi, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem.
Selain itu, tentu wajib latihan fisik yang konsisten.
"Untuk persiapan yang penting latihan rutin dan manajemen yang pas. Jogging kalau bisa, fitness-fitnes, itu kalau bisa. Itu salah satu persiapan paling penting, latihan sih tiap hari," ujar Jemmy Runtu, joki pacuan kuda asal Sulawesi Utara, dari King Halim Stable, saat berbincang dengan SARGA.CO, beberapa waktu lalu.
Setiap kuda memiliki karakter berbeda. Joki yang baik harus bisa “berbicara” dengan kuda melalui gerakan tubuh dan tekanan ringan, membimbingnya tanpa membuatnya stres. Hubungan ini tak terbentuk dalam sehari—dibutuhkan latihan bersama secara konsisten untuk membangun chemistry yang saling mengerti.
Sama seperti pembalap Formula 1, joki juga menerapkan strategi balapan. Mereka harus tahu kapan harus menahan kecepatan, kapan menyalip, dan kapan melakukan sprint akhir. Dalam pacuan, sepersekian detik bisa membuat perbedaan antara juara dan nyaris menang.
Pacuan kuda adalah olahraga berisiko tinggi. Joki bisa terjatuh, tertindih, atau mengalami cedera berat jika terjadi benturan. Maka, fokus, refleks cepat, dan mental baja menjadi syarat mutlak dalam profesi ini.
"Kalau bikin patah semangat sih engga ya, karena kita menjalani pekerjaan kita dan hobi, jadi ya kita jalani aja secara normal dan tetap fokus," ujar Jemmy yang pernah mengalami cedera patah tulang di bagian bawah tubuhnya, hingga tidak bisa berjalan saat masih aktif berpacu di Pulomas, 2006 silam.
Jemmy mengajak para joki dan calon joki, untuk memiliki sikap yang konsisten dan tidak memandang olahraga ini sebelah mata.
Selain itu, tidak malu untuk bertanya dan ingin selalu belajar untuk memberikan yang terbaik juga menjadi kunci utama.
jelasnya.
Install SARGA.CO News
sarga.co