

SARGA.CO - Pacuan kuda selalu identik dengan kecepatan, strategi, dan kemenangan. Namun, seperti dalam kehidupan, tidak semua yang paling dicintai adalah mereka yang paling sukses di atas kertas. Beberapa kuda pacu justru dikenang karena kegagalan mereka atau lebih tepatnya, karena cara mereka kalah. Inilah kisah tentang kuda-kuda yang gagal jadi juara, tapi justru abadi di hati publik.
Mungkin Zippy Chippy adalah kuda pacu paling terkenal karena tidak pernah menang. Sepanjang kariernya, ia mengikuti 100 balapan dan tak pernah menang satu pun. Tapi publik justru mencintainya. Mengapa?
Zippy Chippy menunjukkan ketekunan, kegigihan, dan karakter yang unik. Ia kadang berhenti di tengah pacuan, kadang malah kabur dari lintasan.
Namun pemiliknya tetap memberinya kesempatan, dan publik menyambutnya dengan tawa, sorak, dan simpati. Zippy bahkan menjadi simbol antihero, bukti bahwa semangat lebih penting dari hasil.
Jepang punya kisah serupa. Seekor kuda betina bernama Haru Urara jadi fenomena nasional di awal 2000-an. Dalam kariernya, ia kalah lebih dari 100 kali berturut-turut.
Alih-alih dicemooh, Haru Urara justru diangkat jadi simbol ketahanan di masa krisis ekonomi Jepang. Orang-orang berbondong-bondong datang ke arena balap, bukan untuk melihat kemenangan, tapi untuk memberi dukungan moral. Ia bahkan jadi ikon budaya pop, dijadikan lagu, poster, dan bahkan inspirasi di anime dan manga.
Onion memang bukan kuda yang sering menang, tapi ia akan selalu dikenang karena mengalahkan Secretariat, salah satu kuda pacu terbaik sepanjang masa, dalam Whitney Handicap 1973. Saat semua orang yakin Secretariat akan menang dengan mudah, Onion yang bukan unggulan, justru mengalahkannya secara mengejutkan. Sekali menang, langsung jadi legenda.
Mine That Bird bukan kuda gagal, tapi ia datang ke Kentucky Derby 2009 sebagai underdog dengan odds 50-1. Semua orang mengabaikannya… sampai ia menyalip semua kuda dari posisi terakhir dan menang dengan margin besar. Ia dianggap kuda tidak mungkin menang dan justru itu yang membuatnya melegenda. Kisahnya bahkan diangkat jadi film berjudul “50 to 1”.
Di awal kariernya, Seabiscuit tidak dianggap berbakat, sering kalah, dan bahkan pernah dicoret dari kompetisi besar. Namun dengan pelatihan dan kepercayaan dari timnya, ia menjadi kuda pacu fenomenal yang menginspirasi Amerika saat era Depresi Besar. Ia bukan hanya legenda lintasan, tapi juga simbol harapan dan perjuangan di masa-masa kelam.
Karena mereka menyentuh sisi manusiawi dari olahraga: harapan, ketekunan, dan karakter. Mereka membuktikan bahwa menjadi legenda bukan hanya soal berapa kali menang, tapi bagaimana mereka membuat orang percaya, tertawa, dan terinspirasi.
Install SARGA.CO News
sarga.co