SARGA.CO - Kalau dengar kata “joki”, kebanyakan orang langsung membayangkan sosok mungil di atas kuda pacu, melaju kencang sambil menahan napas antara adrenalin dan keseimbangan.
Tapi di balik tubuh ringan itu, ada angka yang berat banget. Nominal pendapatan yang bisa bikin mata melotot.
Menurut Jockey Rich List dari OLBG, dunia balap kuda ternyata menyimpan deretan atlet yang bukan cuma cepat, tapi juga supertajir. Dan, percaya atau nggak, sebagian besar datang dari negara yang banyak berinvestasi di Indonesia yaitu Jepang.
Kalau dunia sepakbola punya Lionel Messi dan balapan F1 dengan ikon barunya, Lewis Hamilton, pacuan kuda Jepang punya Yutaka Take. Anak joki legendaris Kunihiko Take ini sudah seperti selebritas nasional.
Karier di dunia pacuan kuda nggak main-main. Lebih dari 4.500 kemenangan telah diraihnya dengan total hadiah yang nilainya nyaris US$1 miliar.
Take bukan cuma joki — dia simbol budaya pop. Setiap kali dia tampil, tribun penuh, kamera bergoyang, dan publik Jepang seolah nonton konser, bukan balapan. Bedanya, konser ini berakhir dengan derap kuda dan sorak kemenangan.
Berbeda dari Take yang flamboyan, Yokoyama lebih kalem. Tapi soal angka, jangan remehkan. Penghasilannya sekitar US$615 juta, hasil dari lebih dari 2.900 kemenangan.
Dia bukan tipe joki yang suka tampil di media. Ia lebih seperti seniman lintasan, membiarkan prestasi berbicara sendiri. Kalau Yutaka Take adalah rockstar, Yokoyama itu pianis klasik. Pembawaannya tenang tapi tiap gerakannya berharga.
Nama Fukunaga tak asing di Jepang. Ia sempat menggebrak dengan 2.600 kemenangan sebelum memutuskan gantung sadel dan beralih jadi pelatih. Tapi sebelum pensiun, total penghasilannya sudah menembus US$561 juta.
Fukunaga dikenal sebagai joki dengan pendekatan “psikologis” ke kudanya. Dia percaya setiap kuda punya kepribadian sendiri dan butuh pendekatan unik. Bukan cuma tahu kapan harus pacu, tapi kapan harus bicara lewat insting.
Masayoshi Ebina mungkin nggak sepopuler Take, tapi kisahnya nggak kalah menarik. Dengan 2.500 kemenangan dan pendapatan sekitar US$505 juta, ia sukses menembus pasar Eropa. Ia pernah berlomba di Prancis dan membawa semangat Jepang ke panggung dunia.
Kalem, fokus, dan efisien adalah tiga kata yang menggambarkan Ebina. Bagi banyak penggemar, dia contoh nyata bahwa joki Jepang bisa bersaing di mana pun.
Akhirnya, muncul satu nama non-Jepang di daftar lima besar adalah John R. Velazquez. Joki asal Puerto Rico yang berkarier di Amerika Serikat ini sudah memenangkan lebih dari 6.600 balapan dengan total hadiah sekitar US$493 juta.
Velazquez adalah definisi dari konsistensi. Ia sudah menjuarai Kentucky Derby, Belmont Stakes, dan banyak balapan top lainnya. Kalau joki Jepang identik dengan teknik, Velazquez identik dengan insting. Dia sangat tahu kapan menahan, memacu, dan membuat sejarah.
Temuan menaiknya adalah dari 50 joki terkaya versi OLBG, sebanyak 28 orang berasal dari Jepang. Bukan kebetulan, tapi cermin betapa besar dan seriusnya dunia balap di Negeri Matahari Terbit ini. Hadiah lombanya tinggi, sponsor deras, dan para joki dianggap bintang olahraga sejati — bukan sekadar “penunggang kecil di atas kuda besar”.
Di balik derap kuda, ternyata ada dunia yang penuh kerja keras, dan sedikit gila juga. Mereka harus jaga berat badan ekstrem, latihan refleks setiap hari, dan tetap fokus di antara tekanan dan bahaya. Tapi kalau hasilnya bisa mencapai ratusan juta dolar, siapa yang nggak mau jadi joki?
Install SARGA.CO News
sarga.co