

SARGA.CO – Ada yang berbeda di halaman Istana Merdeka pada Minggu, 17 Agustus 2025. Bukan hanya kibaran merah putih atau langkah tegap pasukan, melainkan suara yang jarang terdengar di pusat kekuasaan republik ini: derap kuda.
Sebanyak 145 ekor kuda dari Batalyon Kavaleri Berkuda 1 Sembrani ikut mengiringi Kirab Bendera Pusaka dalam peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pasukan berkuda tampil dalam formasi besar di jantung ibu kota—menjadi saksi hidup sekaligus penjaga simbol sakral bangsa.
Bagi sang komandan, Letkol Kavaleri Chandra Alit Saputra, dua bulan persiapan bukan sekadar melatih barisan, tapi juga membangun ikatan.
“Tantangannya adalah satuan kavaleri berkuda itu bisa berhasil apabila peduli dan sayang terhadap kudanya. Itulah tantangan kami,” ujarnya dikutip dari laman Setneg.go.id.
Sebab di balik pelana, kuda bukan sekadar kendaraan. Mereka adalah partner, teman seperjuangan yang memahami irama sang penunggang.
Derap kaki mereka bukan hanya suara, tapi denyut sejarah yang terhubung dengan masa lalu bangsa—dari zaman kerajaan hingga kini, saat Sang Merah Putih dikawal di tengah ibu kota modern.
Sementara deru motoris yang dipimpin Letnan Satu CPM Kowad Febby Fitri Frizaldy membuka jalan, langkah kuda-kuda Sembrani mengisi ruang dengan wibawa yang berbeda: gagah sekaligus anggun. Mereka berjalan dalam diam, tapi setiap hentakan kuku di aspal Istana terasa seperti doa—menggema seirama dengan hati jutaan rakyat yang menatap layar televisi.
Di tengah kemegahan itu, ada pula kisah pengorbanan. Febby harus rela melewatkan ulang tahun anak pertamanya demi tugas negara. Begitu juga Kirana Ashawidya Baskara, yang akhirnya dipercaya membawa Bendera Pusaka setelah tahun lalu hanya menjadi cadangan. Latihan keras dari Cibubur hingga Monas terbayar ketika kain suci itu berada di tangannya
Namun kuda-kuda itulah yang menegaskan nuansa sakral hari ini. Mereka tidak bersuara, tetapi hadir sebagai simbol kesetiaan. Dari zaman ketika kavaleri menjadi garda depan peperangan, hingga kini ketika mereka menjadi penjaga upacara, kuda selalu ada dalam perjalanan bangsa.
Kirab bendera pusaka tahun ini bukan hanya pawai seremonial. Ia adalah pertemuan tradisi, dedikasi, dan cinta—antara manusia dan kuda, antara pengorbanan pribadi dan tugas negara.
Dan ketika Sang Merah Putih berkibar di langit Istana, derap kuda menjadi saksi bahwa kemerdekaan bukan sekadar hadiah masa lalu, melainkan amanah yang harus terus dijaga, langkah demi langkah, generasi ke generasi.
Dijuluki sebagai kuda pacu dengan mental terkuat. Ia tetap tenang di tengah tekanan.
Baca SelengkapnyaDari lintasan balap ke layar anime dan game.
Baca SelengkapnyaSmart Falcon adalah nama yang disegani di lintasan pacuan, terutama di kategori dirt racing.
Baca SelengkapnyaAda satu keunggulan penglihatan kuda dibandingkan manusia
Baca SelengkapnyaInstall SARGA.CO News
sarga.co