

SARGA.CO—Menjadi groom bukan hanya perkara mengurus kuda dengan telaten, melainkan juga harus siap menghadapi berbagai momen suka maupun duka bersama kuda yang dirawat. Menerima kenyataan kehilangan kuda tersayang untuk selama-lamanya karena suntik mati menjadi momen duka yang harus dialami oleh Wahyudi.
Tim SARGA.CO berhasil mewawancarai Wahyudi Tri Utomo, groom dari Jatinom Indah Stable, yang harus menghadapi salah satu kenyataan terpahit dalam hidupnya, yaitu membiarkan kuda kesayangannya disuntik mati. Terdengar sadis, namun kenyataan tersebut mau tidak mau harus dia hadapi lantaran sang kuda mengalami cedera serius yang menyakitkan.
Sebagai seorang groom yang menghabiskan kesehariannya dalam mengurus kuda, sudah pasti Wahyudi sangat menyayangi kudanya seperti keluarga sendiri. Dimulai dari memberi makan, minum, memandikan, hingga latihan berkuda, semuanya dia lakukan berdua bersama kudanya.
Besar rasa sayang Wahyudi sampai dia rela jauh-jauh ke Lombok sendiri tanpa bantuan orang lain untuk membantu kudanya berlatih, meningkatkan performa menjelang race. Naas, bukan bahagia yang didapati, melainkan kesedihan dan pengorbanan yang lebih besar karena harus merelakan kudanya disuntik mati.
“Saya belain pergi ke Lombok, berangkat sendiri, ambil kuda sendiri. Sampai di Pasuruan, saya larikan. Nah, ternyata kakinya patah waktu lari,” ujar Wahyudi saat wawancara bersama tim SARGA.CO.
“Pas kakinya udah patah, langsung dia disuntik mati soalnya kasihan kalau dibiarin hidup,” tambahnya lagi.
Tidak semudah yang dibayangkan, Wahyudi mau tidak mau harus menerima keputusan owner untuk suntik mati kuda yang telah dia rawat sepenuh hati. Hal tersebut dilakukan lantaran tidak ingin kuda kesayangannya hidup kesusahan dan tersiksa dengan kondisi tersebut.
Menurut penelitian Reilly (2001) yang berjudul “Euthanasia of Animals Used for Scientific Purposes”, prosedur suntik mati pada hewan atau euthanasia adalah salah satu metode khusus membunuh makhluk hidup tanpa menyakiti yang diperbolehkan dan legal, diikuti alasan konkret serta dilakukan oleh ahlinya.
Terdapat dua alasan hewan boleh disuntik mati yang mana salah satunya wajib terpenuhi, demi keamanan atau kesejahteraan. Lebih lengkapnya, bisa berupa mereka adalah hewan yang mengalami rasa sakit teramat sangat hingga menyebabkan tekanan tiada ujungnya.
Dalam kasus Wahyudi, kuda kesayangannya ini mengalami cedera serius, patah kaki. Hal inilah yang mengakibatkan kudanya cacat permanen atau dalam kata lain tidak bisa hidup normal lagi seperti sebelumnya sehingga harus disuntik mati segera.
Manusia memiliki kemampuan untuk bisa merasakan sedih sampai senang dalam merespon pengalaman kehidupan. Fase menangis menyalahkan diri bahkan terpuruk hingga berhenti merawat kuda-kudanya selama dua bulan sudah Wahyudi lewati.
“Udah nyalahin diri saya sendiri. Udah berhenti rawat kuda sampai dua bulan. Soalnya kita kan kehilangan orang yang disayang,” ungkapnya pada tim SARGA.CO.
Kepergian kuda kesayangannya ini memberikan luka yang dalam bagi Wahyudi sampai berdampak pada produktivitasnya. Ketidakberdayaan menghentikan kepergian orang tersayang di depan mata lah yang menjadi pemicu hal ini terjadi.
Merujuk pada penelitian Cofini, dkk (2014) yang berjudul “Factors Associated with Post-Traumatic Growth After the Loss of A Loved One”, pengalaman kehilangan orang atau sesuatu yang sangat disayangi dalam hidup dapat menjadi faktor terbesar seseorang mengalami trauma dan berduka dalam jangka waktu tak tentu.
“Kayak seakan-akan nggak bisa ngelupain pas waktu kejadian itu. Lihat kuda terus kebayang sama kuda kita yang patah,” tutur Wahyudi menambahkan.
Ibarat luka belum kering kemudian tergores lagi, sehingga menyebabkan luka lama menjadi basah kembali. Mungkin analogi tersebut dapat menggambarkan perasaan Wahyudi selepas ditinggal kuda kesayangannya.
Setiap kali melihat kuda lain, kenangan pahit itu terus terputar jelas diingatannya, flashback tragedi cedera sang kuda. Kembali dihantui rasa bersalah dan berpikir bahwa dia adalah penyebab kudanya mengalami patah kaki sampai harus disuntik mati.
Terkadang orang terdekat dapat menjadi sumber kekuatan untuk terus berjuang menghadapi rintangan hidup. Inilah yang Wahyudi rasakan saat dia berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya selepas ditinggal sang kuda. “Dibujuk sama teman, sama orang-orang terdekat saya baru mau bangkit lagi,” jelasnya.
Saat sedang berada di titik terendah hidup, kata-kata penyemangat dari orang sekitar merupakan kekuatan terbesar untuk bangkit kembali. Karenanya, penting bagi kita untuk selalu peka dan peduli terhadap kondisi orang di sekitar kita. Se-simple kata-kata dukungan dan validasi perasaan bisa jadi sangat berharga bahkan menolong kehidupan seseorang dalam kondisi tersebut.
Check out Dara’s Pacu Jalur dance moves on horseback.
Read MoreSovereignty, the talented colt under the care of legendary trainer Bill Mott.
Read MoreThis coat color is among the most common in both Thoroughbreds (TTHB) and local crossbreeds
Read MoreIn 2015, American Pharoah took the racing world by storm by winning the Triple Crown, becoming the first horse to do so since Affirmed in 1978.
Read MoreMenjadi groom bukan hanya soal menyisir surai atau memberi makan.
Read MoreOutfit ini bukan sekadar soal estetika, tapi dirancang khusus.
Read MoreAda yang bilang mirip kuaci.
Read MoreInstall SARGA.CO News
sarga.co